- Back to Home »
- catatan kusam , cerpen »
- Rajutan Jarum Tumpul
Posted by : Hery Amariansyah
Friday, 21 February 2014
Semangatnya hadir kala
menemukan sehelai benang, memulai
dengan sebuah rajutan menjadi bahan utuh berharap
bisa meremukkan kembali sisa rasa tadi malam ketika tetes air kedamaian tumpah ruah
di tengah hiruk pikuk suasana kota, menelisik gerayangi jiwanya yang tak lagi lunak seperti dulu, mungkin karena sehelai
benang yang dia rajut, dia bertahap meniti demi
sulaman di ujung jarum, memang inilah apa
yang di kata orang kepadanya, tak begitu berharga cenderung percuma, lihatlah
di sekelilingmu apa ada orang yang peduli, dengan masa kelamnya yang telah ia tinggalkan dan kini ia sedang
merajut benang dengan jarum tumpul, sedikit menggertakkan ulu nadi deras mendesir melintasi
masa lalumu, berbisik lemah untuk sering bernostalgia dengan sulaman benang
yang tak terselesaikan, dia
hanya tersenyum saat rajutan yang
baru mulai berteriak meminta dia
untuk segera menyelesaikan rajutan, inginnya tak akan segera terlaksana, inginmu tak akan lagi dia gubris, katakan jika dia sudah mulai bosan menanti
kedatangan apapun, lihatlah, apa kau tak melihat dua bola yang menari diatas sanubari, ingatlah juga dengan
jarum tumpul yang ia gunakan untuk merajutmu, tak akan lagi kau menawar apa yang dia inginkan.
Mendadak lajur rajutan
mengarahkan alurnya seperti menolak kenyataan supaya rajutan tak akan selesai
dengan cepat, dia hanya
menggunakan jarum yang tumpul.
walau tumpul pun akan merajutmu
meski lambat laun nanti kau akan selesai, dia tetap sabar merajutmu, tak tahukah kau? dia merajutmu dengan jarum tumpul? dia
tak mau sesuatu yang menyakitkan merajut rajutanmu, ujung runcing jarum yang
sudah lama menyakiti. ujung jarum
lancip yang membuat semua terasa pahit, semua ia rasakan sangat cepat pada saat
itu, ketika semua usai hanya kesakitan yang dia rasakan, bayangkan berapa kali dia tertusuk berapa kali dia hanya
tersenyum pahit, dengan kenyataan yang sama sekali dirasanya terlalu cepat, bukan dia mau berlama-lama dengan rajutan baru
sepertimu, dia tak mau semua berakhir begitu cepat, dia gunakan jarum tumpul
supaya kau rasa hingga berasa.
bayangkan
betapa sabarnya dia merajutmu, tak mungkin akan sakit dengan tumpulnya jarum
yang dia gunakan, sore itu dia tiba-tiba terlihat dengan mata berkaca-kaca, kau
menyandarkan sejenak amarah hinnga timbul semacam rasa berasa semua pun mulai
iba kepadanya. termasuk jarum tumpul
yang dia gunakan untuk merajutmu setiap saat.
"hai kau perajut, apa yang kau tangisi?" rajutan.
"tak ada, aku baik-baik saja" sahut perajut
mengusap pelan air yang melinang di pipinya.
terkesan dia menutupi sesuatu dengan senyum manis,
"aku tak akan sakit lagi. aku akan segera
berbahagia" tambah perajut.
"bagaimana kau bisa bahagia dengan jarum tumpul yang
kau gunakan untuk merajut" rajutan.
"kau akan segera tahu, hanya masalah waktu"
setidaknya dia berharap kau bersabar, meski terlampau lama
untuk kau rajutan.
"hanya ruang kesediaanmu untukku sembari menemani omong
kosongku wahai kau rajutan semua akan indah pada waktunya"
"tidakkah hanya omong-kosong yang kau buat merajut?
hanya masalah waktu katamu? tak tahukah kau, aku sudah bosan. Aku tak mau lagi kau rajut dengan jarum tumpulmu itu, gantikan dengan jarum yang baru wahai
perajut!!!" teriak rajutan tak sabar.
Lihatlah sekarang , kau lihat baris rajutan
yang kau miliki begitu terlihat rapi hanya dalam satu putaran sang fajar kau
akan selesai, coba
tersenyumlah tak akan percuma kau lama di rajut oleh ku, semua akan baik-baik
saja, hanya saja aku
tak lagi pantas menggunakan jarum yang kemarin runcing untuk merajutmu, sudah
berapa kali jarum runcing menyakiti segala apa yang ku rajut, ingatkah rajutan saat awal kau mulai
ku sulam dan dipertemukan dengan jarum tumpul apa yang kau rasa tak akan
sebanding dengan mereka rajutan-rajutan sebelumnya.
Sembari meletakkan kembali
jarum tumpul perajut melangkahkan kaki menuju gudang tempat dimana semua
rajutan-rajutan jarum runcingnya
tersimpan rapi, Dia kembali membawa beberapa gulungan rajutan yang belum selesai itu.
"lihatlah rajutan. apakah kau mau seperti mereka ini.
semua yang di hasilkan dengan cepat, hingga tak ada dari mereka sedikit
perbedaan sekalipun,
semua terlihat sama.
Baris datar dari rajutan
benang yang di rajut menggunakan jarum runcing, lihatlah mereka hasil dari sesuatu
yang menarget waktu,
semua aku rajut tidak di barengi dengan ketulusan, semua yang kurajut dulunya hanya
mengejar target,
lihatlah mereka semua apakah mereka lebih istimewah darimu? katakan iya jika
kau sama dengan mereka. Lantas
apa gunanya selama ini ku rajut
engkau untuk sebuah rajutan yang begitu lama ku selesaikan. Aku pun tak mau kau sia-sia seperti
mereka, lihat bentuk
berbeda darimu, kau
khusus ku rajut untuk tetap menemaniku, mengharapkan kesetiaanmu saat dingin menyergap tubuhku, ku harap kau tak menyesali berlama-lama
untuk ku rajut, dengan
teliti kurajut kau, dengan kesabaran dan waktu luang yang selama ini ku ikhlaskan untukmu sebuah rajutan.
Hingga
kau teriak “cepat
selesaikan rajutanmu”.
aku tak mau mendengar kata itu lagi, yang aku mau kau tetap tenang saat ku
rajut hingga kau selesai nanti dan menemaniku di setiap waktuku.
"..........." rajutan tak mampu berkata.
Mungkin sadarku saat semua
akan usai, akan kutunggu
sampai rajutanku ini selesai. karena
aku pun ingin berguna bagimu. terima
kasih perajutku kau begitu tegar tuk sekedar merajutku walau dengan jarum
tumpul ini. aku menunggu belai
tanganmu hangat di permukaan rajutanku, hingga nanti aku pun akan mengerti tentang betapa berharganya rajut
demi rajut diriku ini bagimu.