Posted by : Hery Amariansyah Sunday 25 May 2014

Berselancar di dunia maya adalah hal yang membuatku tak bosan-bosannya untuk mencari sebanyak apapun informasi. Sampai hari ini aku tak tahu semua orang termasuk aku seperti telah menuhankan dunia maya. Banyak waktu terbuang banyak hal di dunia nyata yang di tinggalkan. Hingga pada akhir ku temui titik lemah manusia dalam masalah olah rasa. Hal ini yang membuatku dari siang tadi berfikir keras sehingga aku mendiskusikan suatu permasalahan mengenai CINTA dan NAFSU karena teman diskusiku kali ini adalah nyos dan kebetulan ku temui dalam statusnya di FB mengatakan “Jika wajah yg membuatmu jatuh cinta , lantas bagaimana caramu mencintai Tuhan yg tak berupa (?)”.
Pada saat itu juga aku marah dalam batinku aku banyak bertanya-tanya “apakah yang di fikirkan anak ini, kenapa dia seolah menuntut manusia menyamakan CINTAnya kepada Tuhan dengan CINTAnya kepada manusia?”

“Cinta kepada manusia, BEDA dengan cinta kepada Tuhan. Lantas mengapa kau menuntut hal yang sama. Fikirkan lagi dik. :D” komentarku menyangkal.
Beberapa saat selanjutnya dia membalas “Apa yang memBEDAkan kakak (?) karena pada dasarnya itu menuntut hal yang sama yaitu menuntut SETIA dan tak menDUA. :D” jawabnya masih kukuh.

Karena yang aku rasakan dan aku tahu CINTA itu juga memiliki NAFSU maka aku benturkan saja dengan pendapat “NAFSU mu terhadap manusia dan kepada Tuhanmu.
“Tapi sayangnya CINTA itu bukanlah tentang NAFSU” Namun dia masih belum paham rupanya antara NAFSU dan CINTA itu sangatlah dekat.

CINTA itu apa nyos ? NAFSU itu apa nyos ? Kamu ingin makan. Itu apa nyos? Kamu ingin memiliki. itu apa nyos? Atau bentuk nyata dari cinta yang kamu omongkan itu apa nyos?” inginku nalar lebih jauh.

Puncak dari cinta adalah pengabdian dan pengorbanan. Puncak dari nafsu adalah kepemilikan. Sangat beda bukan? Kalau cinta yang anda rasakan masih ingin memiliki maka bisa di artikan cinta anda masih palsu dan dipenuhi dengan ego. Jika nafsu lebih kuat berbanding cinta didalam jiwa kita, maka Islam telah menyediakan penyelesaian terbaik yaitu pernikahan. Supaya kita, pasangan kita dan keturunan kita terjaga. Tiada salahnya saling memiliki,asal tidak mengedepankan ego dan saling setia dan tak mendua. itu saja sih” Ya dia malah keluar kemana-mana.

“I
ni mengerikan nyos mengapa dari awal kau samakan pengabdianku kepada tuhanku dengan manusia yang hina nyos. Mengapa dari awal kau samakan pengorbananku kepada tuhanku dengan manusia yang serakah nyos. Dan aku masih belum terima jika CINTAmu sama Saat kau mencintai tuhanmu dan kau mencintai manusia” aku mengembalikan pada pemahamanku di awal.

“Dan satu lagi nyos NAFSU ada, Itu supaya manusia hidup nyaman. NAFSU juga ada batasannya.

CINTA menurutmu ada batasannya gak nyos ?” Imbuhku.
Dia mulai kebingungan menjawab maksud dan tujuanku menjelentrehkan hal demikian 

“Laah,mas nanyaknya apa? CINTA itu apa? NAFSU itu apa? Bukan nanyak CINTA dan NAFSU kepada tuhan apa?

Hingga dia mengeluarkan hadist-hadist yang bisa mendukung “Dari segi tahapan nafsu terbagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Nafsu amarah Yaitu jiwa yang masih cenderung kepada kesenangan-kesenangan yang rendah, yaitu kesenangan yang bersifat duniawi. Nafsu ini berada pada tahap pertama yang tergolong sangat rendah, karena yang memiliki nafsu ini masih cenderung kepada perbuatan-perbuatan yang maksiat. Secara alami nafsu amarah cenderung kepada hal-hal yang tidak baik. Bahkan, karena kebiasaan berbuat keburukan tersebut, bila mana dia tidak melakukannya, maka dia akan merasa gelisah, sakau dan gundah gulana. Allah SWT berfirman dalam al-qur’an Artinya: Sesungguhnya nafsu itu suka mengajak ke jalan kejelekan, kecuali (nafsu) seseorang yang mendapatkan rahmat Tuhanku (QS. Yusuf : 53). 2. Nafsu Lawwamah Yaitu jiwa yang sudah sadar dan mampu melihat kekurangan-kekurangan diri sendiri, dengan kesadaran itu ia terdorong untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan rendah dan selalu berupaya melakukan sesuatu yang mengantarkan kebahagian yang bernilai tinggi. Ustadz Arifin ilham pernah mengatakan , bahwa orang yang masih memiliki nafsu lawammah ini biasanya disaat ia melakukan maksiat/dosa maka akan timbul penyesalan dalam dirinya, namun dalam kesempatan lain ia akan mengulangi maksiat tersebut yang juga akan diiringi dengan penyesalan- penyesalan kembali. Selain itu ia juga menyesal kenapa ia tidak dapat berbuat kebaikan lebih banyak Nafsu ini tergolong pada tahap kedua, nafsu ini disinyalir Al-Qur’an : Artinya : Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). (QS. Al- Qiyamaah : 2). 3. Nafsu Mutmainnah Yakni jiwa tenang, tentram, karena nafsu ini tergolong tahap tertinggi, nafsu yang sempurna berada dalam kebenaran dan kebajikan, itulah nafsu yang dipanggil dan dirahmati oleh Allah SWT, Sebagaimana firman-Nya: Artinya : Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. (QS. Al - Fajr : 27-28). Dalam ayat lain Allah menghiburnya yaitu : Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. (QS. Asy – Syams : 9). Nafsu yg mana yg ada batasnya mas?” Setelah melihat tulisan itu aku jadi semakin sadar bahwa banyak orang yang lupa akan esensi dasar manusia itu mencintai Wiihhh ini semakin mengerikan.

Akhirnya aku pun mulai mendasar lagi “Ampun nyos, kayaknya aku yang salah dah masalah cinta-cintaan. Aku cuma ngertinya baik cinta pun itu adalah nafsu nyos. Cinta itu tuntutan nyos. Cinta itu mengharuskan nyos. Cinta itu komando nyos. Cinta itu atas dasar kita melakukan sesuatu nyos. Cinta itu kewajiban nyos. Cinta itu yang nyuruh buat kamu nikah nyos. Cinta itu juga yang bisa bikin kamu seneng nyos. Hahahaha ternyata semua yang kukatakan CINTA = NAFSU nyos, apa iya nyos?” sampai di sini aku mulai diam dengan pemahamanku sendiri mengenai CINTA yang sebenarnya juga memiliki NAFSU.

“S
ama mas, semua yg dikatakan mas bener tentang cinta. Karena pada kenyataannya omongan mas lah yg banyak terjadi #manusia” nyos masih belum sadar akan kesalahan fatalnya.

menurut saya #kesimpulannya adalah cinta dan nafsu itu beda walau tipis. cinta itu ikhlas. nafsu itu .... :v ” apa lagi dengan imbuhnya seperti ini, apakah NAFSU itu selalu negative hingga banyak orang berfikir NAFSU itu bukan sifat yang baik sebagai naluriah manusia.
Hingga akhirnya perbincangan di akhiri dengan pendapatku yang masih ingin mengembalikan pemaknaan mengenai esensi kata CINTA dan kata NAFSU.

“Cinta nggak ada yang ikhlas nyos. Kecuali cinta terhadap nabimu, Tuhanmu. cinta jika itu masih dalam tataran manusia normal. Jika masih kau samakan cinta untuk semua jenis makhluk hidup.
Maka semua itu bukan cinta lagi nyos. Itu sudah diatasnya cinta. Biasa disebut kemunafikan nyos. Karena mana ada manusia yang bisa cinta dengan ikhlasnya kepada sesama manusia semua pasti ada tuntutan baik kepada sesama manusia ataupun kepada dirinya sendiri.” Jelasku kepada nyos.

“Manusia mana yang tak cinta (nafsu) untuk dapat imbalan surga dari Tuhan. Manusia mana yang tak cinta (nafsu) untuk jadi yang terbaik di hadapan tuhannya. kamu tahu NAFSU ITU BAGIAN DARI CINTA nyos. Itu nggak akan bisa kau pisahkan nyos. kecuali manusia sudah tidak punya NAFSU. Maka manusia itu pun gak akan punya rasa CINTA nyos.” Imbuhku mengakhiri perdebatan.

{ 3 komentar... read them below or Comment }

  1. saya juga pernah post kaya gt . cuma beberapa saat saya sadar dan hapus tulisan itu dengan alasan . dasar kita mencintai tuhan itu cukup dengan keyakinan dan tidak perlu di permasalahkan . awalnya saya berfikir mengapa manusia mencari jodohnya itu dasarnya adalah harta dan fisik . alesan nulis kayak gitu karna cma kesel aja kenapa semua di dasarkan fisik dan harta :) terimakasih

    ReplyDelete
  2. Maaf izin share pendapat. Kalau dari saya melihat postingan adik tersebut: saya lihat dari sisi yang berbeda. Ketika baca justru ada tamparan, ada kerinduan juga. Tamparan karena saya tidak bisa mencintai Tuhan sebaik saya mencintai dunia dan segala isinya. Saya bisa berlama-lama melakukan keinginan saya (keinginan dunia) seperti makan, main hape, tidur,, tapi sangat sulit setia pada kehendak Tuhan :rajin, mengerjakan tugas pekerjaan saya dengan tekun, tekun berdoa kepada Tuhan, membantu sesama. Ini susah. Tidak gampang. Perjuangan. Buat saya kalau saya bisa menyangkal keinginan duniawi saya dan fokus mengerjakan keinginan Tuhan=ini baru namanya cinta. Cinta setia, tekun, berjuang untuk menyenangkan Tuhan daripada menyenangkan diri saya sendiri.

    Berikutnya kerinduan. Ketika saya baca postingan adik itu: saya sadar untuk kembali pada Tuhan. Saya sadar selama ini saya lebih suka wajah duniawi daripada wajah Tuhan yang tidak kelihatan.

    ReplyDelete
  3. coba kaji lagi, di filsafat jalaludin rumi, di situ bnyak kajian cinta lebih dalam seperti sosialisme ,humanisme dll spertinya mas salah sudut pandang deh,masalahnyab korelasi anda sangat melenceng, nanti mas baru paham apa dasar itu cinta

    ReplyDelete

Berlangganan Sinyal FX?

JustForex

Followers

Popular Post

- Copyright &SHIE; artorlife -Diberdayakan- Powered by Blogger - Designed by SHIE -