Posted by : Hery Amariansyah Wednesday 1 January 2014

Nama kelompok :
·       Hery Amariansyah                 120531100033
·       M Heykal A A                                    120531100008
·       Nofianto P I                            120531100019
·       Sofi Mubdianto                      120531100002
·       Ferry D F                                120531100038

EDITING
PENDAHULUAN
Beberapa orang mengalami kebingungan saat dihadapkan dengan beberapa kata serupa, seperti editor, editorial, dan edit. supaya tidak salah kaprah nantinya, mari mengenali masing-masing kata tadi. Berdasarkan KBBI offline versi 1, berikut arti dari ketiga kata tadi.
edit /édit/ v, meng·e·dit v 1 mempersiapkan naskah yg siap cetak atau siap terbit (dng memperhatikan terutama segi ejaan, diksi, dan struktur kalimat); menyunting: dia ~ naskah buku- buku yg akan diterbitkan; 2 merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah)
Edi·tor /éditor/ n orang yg mengedit naskah tulisan atau karangan yg akan diterbitkan dl majalah, surat kabar, dsb; penyuntingan.
Edi·to·ri·al /éditorial/ Kom 1 a mengenai atau berhubungan dng editor atau pengeditan: pekerjaan --; 2 n artikel dl surat kabar atau majalah yg mengungkapkan pendirian editor atau pimpinan surat kabar (majalah) tsb mengenai beberapa pokok masalah; tajuk rencana.
Sudah bisa dilihat perbedaan antara ketiganya? Jadi, edit adalah prosesnya, editor adalah orang atau pelakunya, sedangkan editorial adalah salah satu hasil tulisan editor. Buku tentu biasanya tidak dihasilkan oleh editor karena yang menuliskannya adalah penulis (editor juga bisa jadi penulis). Sedangkan editor adalah orang yang merancang dan mempersiapkan buku dari penulis tersebut agar siap diterbitkan. Sedangkan editorial adalah artikel yang ditulis oleh editor mengenai sebuah masalah.
Namun bila Anda melihat pada KBBI offline, pada bagian editor, Anda akan melihat bahwa terdapat beberapa macam editor, seperti saya kutip di bawah ini.
Bahasa penyunting naskah yg akan diterbitkan dng memperhatikan ejaan, diksi, dan struktur kalimat. Pengelola petugas yg bertanggung jawab atas penyampaian berita di televisi dan radio (pada surat kabar dan majalah disebut redaktur pelaksana). Penyeleleksian manajer penyunting yg bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas para penyunting secara tepat dan efisien sesuai dengan yang telah ditentukan.
Dari ketiga macam editor di atas, sebenarnya bisa disimpulkan bahwa semua editor tadi memiliki peran yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama, yakni menghasilkan sebuah buku yang berkualitas. Hanya saja, editor tadi dibedakan berdasarkan tingkatannya. Pada tingkatan pertama terdapat editor bahasa yang hanya fokus pada masalah bahasa seperti ejaan, diksi, dan struktur kalimat. Sedangkan editor pengelola biasanya lebih pada media informasi seperti berita, baik di televisi, radio, maupun koran. Editor penyelia merupakan tingkatan paling tinggi karena ia merupakan manajer editor yang bertanggung jawab atas keseluruhan proses editing hingga penyampaiannya pada pembaca maupun pendengar.

            Sebenarnya dibutuhkan beberapa editor dalam mengolah sebuah buku agar enak dibaca oleh pembaca. Sayangnya saat ini penerbitan sangat berorientasi pada uang sehingga mereka menggunakan satu editor sebagai editor bahasa dan editor penyelia. Akhirnya, banyak buku yang tak menarik untuk dibaca atau setengah-setengah saja dalam memuaskan pembaca. 
Pengertian Editing
Editing adalah salah satu elemen penting yang tidak dapat dipisahkan dari dunia broadcast. Kata editing dalam bahasa Indonesia adalah serapan dari Ingris. Editing berasal dari bahasa Latin editus yang artinya ‘menyajikan kembali’. Editing dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan kata editing. Kataediting berasal dari bahasa Inggris yang artinya, pertama, menyiapkan naskah tulisan untuk diterbitkan atau dipresentasikan, dengan mengoreksi, merevisi, atau mengadaptasi. Kedua, menyiapkan sebuah edisi untuk diterbitkan, misalnya kumpulan cerita pendek atau kumpulan artikel. Ketiga, mengarahkan penerbitan (surat kabar atau majalah). Keempat, menggabungkan unsur-unsur (film atau musik) dengan cara memotong-motong dan memasang kembali. Kelima, mengurangi; menghapus bagian tertentu dari skenario film.
Editing, dalam bahasa Indonesia, dipadamkan dengan kata-bentukan penyuntingan; berasal dari kata-dasar sunting. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata kerja menyunting memiliki tiga arti. Pertama, menyiapkan naskah siap cetak atau siap untuk diterbitkan dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat). Kedua, merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah). Dan ketiga, menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong dan memasang kembali. Adapun kata penyuntingan, menurut KBBI, memilikiarti: proses, cara, perbuatan sunting menyunting; segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan menyunting; pengeditan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa editing adalah usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Tentunya editing ini dapat dilakukan jika bahan dasarnya berupa shot (stock shot) dan unsur pendukung seperti voice, sound effect, dan musik sudah mencukupi. Selain itu, dalam kegiatan editing seorang editor harus betul-betul mampu merekontruksi (menata ulang) potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru kamera. Leo Nardi berpendapat editing film adalah merencanakan dan memilih serta menyusun kembali potongan gambar yang diambil oleh juru kamera untuk disiarkan kepada masyarakat.

Editor
Editor adalah orang yang bekerja di belakang layar. Dia menyeleksi dan memperbaiki naskah sebelum dipublikasikan. Di media massa, editor adalah hatinurani media, menyelaraskan sebuah naskah dengan visi, misi, dan rubrikasi media. Secara teknis, ia tegas dalam penggunaan huruf besar dan singkatan, penggunaan gelar, tanda baca, ejaan,  tata bahasa, pemilihan jenis huruf untuk judul dan sebagainya. Tugas editor adalah editing –mengedit, menyunting, yakni proses penentuan, seleksi, dan perbaikan (koreksi) naskah yang akan dimuat atau dipublikasikan.  Di media massa, editing adalah tugas redaktur.
Kelengkapan Editor
· Style Book –buku pedoman gaya bahasa khas media tempat editor bekerja.
· Kamus Bahasa.
· Kamus singkatan (akronim).
· Peta.
· Buku biografi tentang tokoh-tokoh ternama.
· Ensiklopedi.
· Buku atau koleksi ucapan atau pepatah terkenal.
Tujuan Editing
- Memperbaiki struktur kalimat yang ruwet agar lebih lancar dan komunikatif,
- Menjaga agar isi naskah dapat dipertanggungjawabkan, sesuai  dengan  visi dan misi redaksi, serta menarik perhatian pembaca/audience.
- Tegas dalam hal-hal seperti penggunaan huruf besar dan singkatan, penggunaan gelar, tanda baca, ejaan,  tata bahasa, pemilihan jenis huruf untuk judul, dsb.
Macam – Macam Editing
· Editing foto
· editing video broadcast
· editing film
· editing web
· editing media (koran, majalah, dsb)
· editing layoout,dll
PROSES EDITING
Di balik sebuah tulisan yang enak dibaca terdapat editor (redaktur) yang hebat. Di balik buku best seller pastilah ada editor yang hebat pula. Ringkasnya, tidak ada penulis yang bisa bekerja tanpa editor yang baik. “No writer can work without a good editor”. Editing adalah pekerjaan intelektual dan teknis. Intelektual karena ia membutuhkan wawasan memadai untuk validasi fakta dalam sebuah naskah. Teknis karena ia membutuhkan kecermatan dalam pilihan kata, kalimat, dan tanda baca. Dengan intelektualitas dan kemampuan teknis, editor menjadikan sebuah naskah menjadi hebat, layak siar, layak muat, enak dibaca, serta mudah dicerna pembaca. Editing efektif membutuhkan intelijensia, empati, fleksibilitas, kepercayaan diri, kemauan untuk bereksperimen, ketajaman, ketelitian, kesabaran, guna membantu penulis dalam mencapai tujuannya.
- Dalam proses penulisan naskah berita, editing merupakan bagian dari aktivitas pengolahan hasil liputan (news processing) setelah melewati tahap news planning (perencanaan berita), news gathering (peluputan peristiwa di lapangan), dan news writing (penulisan bahan-bahan berita menjadi sebuah tulisan berita).
PENYUNTINGAN SECARA REDAKSIONAL : Editor memeriksa tiap kata dan kalimat agar logis, mudah dipahami, dan tidak rancu (benar ejaan, punya arti, dan enak dibaca).
PENYUNTINGAN SECARA SUBSTANSIAL : Editor memperhatikan dat dan fakta agar tetap akurat dan benar. Isi tulisan mudah dimengerti
1) Teknis
- Mencari  kesalahan-kesalahan  faktual  dan  memperbaikinya, di antaranya kekeliruan salah tulis tentang nama, jabatan, gelar, tanggal peristiwa, nama tempat, alamat, dan sebagainya
- Memperbaiki kesalahan dalam penggunaan tanda-tanda baca.
- Tegas dalam hal-hal seperti penggunaan huruf besar dan singkatan, penggunaan gelar, tanda baca, ejaan,  tata bahasa, pemilihan jenis huruf untuk judul, dsb.
2) Non Teknis
- Memperhatikan apakah naskah berita sudah memenuhi nilai-nilai jurnalistik dan kriteria layak muat —aktual, faktual, penting, dan menarik.
- Meneliti apakah naskah berita sudah menaati doktrin kejujuran (fairness doctrine) serta asas keberimbangan (cover both side). Jika belum, tugaskan kembali reporter untuk memenuhinya.
- Memperhatikan apakah opini, interpretasi, atau penilaian wartawan lebih menonjol daripada fakta hasil liputan.
- Menjaga jangan sampai terjadi kontradiksi dalam sebuah naskah.
- Menjaga jangan sampai terjadi penghinaan, arti ganda, dan tulisan yang memuakkan (bad taste).
Lembaga atau perusahaan pers
sebagaimana lembaga atau perusahaan pada umumnya, memiliki organisasi yang terdiri dari berbagai macam jabatan. Jabatan-jabatan tersebut disusun berdasarkan fungsi-fungsinya. Dan masing-masing jabatan memiliki tugasnya masing-masing. Berikut ini bagan organisasi tersebut.
org_pers







Diantara bagan tersebut terdapat posisi vital yang dianggap sangat penting dalam suatu perusahaan atau organisasi pers. Salah satunya adalah :
Editor/Redaktur
Editor/Redaktur bertugas memberikan TOR/outline kepada reporter sesuai hasil rapat redaksi. Setiap editor harus memberikan panduan teknis lapangan ke reporter sebelum bertugas meliput suatu isu. Ini penting dilakukan, selain merupakan garis besar outline, seorang redaktur bertanggungjawab terhadap segala resiko yang bakal dialami reporter yang meliput isu yang diberikannya.
Setelah laporan diselesaikan reporter, material laporan harus diperiksa kembali oleh redaktur untuk mengetahui keakuratan laporan, seperti semua informasi yang disuguhkan tak kurang, tak berlebihan, dengan sumber-sumber yang jelas, nama lengkap, angka, waktu, jarak, ukuran, tempat.
Tak ada larangan jika seorang redaktur harus turun ke lapangan untuk melakukan peliputan, sebab sebagaimana idealnya; “jurnalis yang baik adalah jurnalis yang tak berada di belakang meja. Jurnalis yang baik adalah jurnalis yang merancang rencana liputannya di belakang meja dan melaksanakannya di lapangan”.
Seorang redaktur tidak menggunakan sumber anonim “sumber yang layak dipercaya”, “menurut sumber”dalam laporannya. Tidak pula menggunakan sumber dengan astribusi, misal “seorang anggota TNI”, “pelaku perkosaan adalah anak seorang petinggi Korem”.
SubEditor
Setelah sampai di meja redaktur/editor, berita diteruskan melalui komputer pada subeditor yang bertugas memeriksa akurasi penulisan berita. Bila ada yang perlu ditanyakan, subeditor dapat memanggil reporter yang bersangkutan melalui sekretaris redaksi atau langsung. Subeditor harus mempertimbangkan berbagai persoalan hukum, seperti kemungkinan pencemaran nama baik, character assassination (pembunuhan karakter orang lain), penghinaan terhadap seseorang.
Jika struktur tulisan dianggap perlu diperbaiki, subeditor bisa menulis ulang (edit). Subeditor pun dapat mengurai panjang tulisan/narasi sesuai kebutuhan kolom (cetak) dan durasi (elektronik).
Subeditor harus menjamin gaya penulisan baik untuk artikel cetak maupun narasi, terjalin dalam seluruh tulisan: menyusun headline (judul), caption (teks foto), lead (teras berita) dan panel (teks yang digunakan untuk menekankan gagasan penting dalam tulisan). Subeditor juga dapat menentukan desain halaman sebagai bahan pertimbangan bagian design dan layout.
Redaktur Pelaksana
Secara teknis, peliputan di lapangan sampai di meja radaktur berada di bawah wewenang redaktur pelaksana. Posisi ini sangat penting sebab berkenaan dengan bagaimana mengatur dan menentukan alur peliputan semua reporter di lapangan dan redaktur di kantor dalam penggarapan seusai rapat redaksi.
Seorang redaktur pelaksana harus dapat berkomunikasi dengan baik dengan reporter di lapangan. Harus dapat menjawab pertanyaan reporter atau membantu reporter jika sewaktu-waktu mereka menemui kendala teknis di lapangan.
Jika terjadi error operation, seorang redaktur pelaksana harus dapat mempertanggungjawabkannya kepada penanggungjawab redaksi atau di hadapan rapat evaluasi redaksi. Redaktur pelaksana adalah kendali dari mata reporter di lapangan.
Sewaktu-waktu, redaktur pelaksana harus dapat mengambilalih tugas reporter yang error operation dan mengintruksikannya kepada reporter lainnya. Ia juga harus dapat melakukan koordinasi dengan para redaktur kompartemen agar deadline tepat waktu, sekaligus menjamin keberhasilan satu masa liputan yang usai dibahas di meja rapat redaksi.
Seorang editor dituntut mampu melakukan kegiatan penyuntingan setiap kali diperlukan dan harus tahu serta dapat menentukan kapan kegiatan itu perlu dilakukan. Berikut beberapa tugas pokok editor di meja sunting :
1. mencoba menemukan sudut yang menarik dari berita dan menghubungkannya dengan berita lain (jika ada) yang berkaitan langsung sehingga berita tersebut lebih bermakna
2. jika dianggap perlu, sang editor mengorganisir isi berita dalam presentasi yang lebih menarik untuk para pembaca, misalnya dengan mengubah struktur berita tanpa mengubah isi dan jiwa dari berita
3. menyesuaikan style yang berlaku di lembaga yang menerbitkan
4. menyesuaikan panjang berita dengan ruang yang tersedia dengan mempertahankan intisari berita
5. meneliti apakah ada fakta-fakta yang keliru atau yang kebenarannya kurang meyakinkan sehingga harus mengadakan koreksi
6. menyederhanakan dan memperbaiki tata-bahasa, supaya mudah ditangkap dan difahami para pembaca
7. menyederhanakan dan menjelaskan beberapa pengertian atau istilah untuk mencegah timbulnya salah tafsir
8. berikhtiar agar berita lebih obyektif, seimbang, fair dan secara hukum dapat dipertanggungjawabkan
9. mengubah nada berita jika dianggap perlu misalnya dengan mengganti kata-kata yang bersifat absolut
10. berusaha (jika dianggap perlu) untuk memperbaiki berita supaya tidak bertentangan dengan tata kesopanan atau kebiasaan yang berlaku
Redaktur (editor) sebuah penerbitan pers biasanya lebih dari satu. Tugas utamanya adalah melakukan editing atau penyuntingan, yakni aktivitas penyeleksian dan perbaikan naskah yang akan dimuat atau disiarkan. Di internal redaksi, mereka disebut Redaktur Desk (Desk Editor), Redaktur Bidang, atau Redaktur Halaman karena bertanggung jawab penuh atas isi rubrik tertentu dan editingnya. Seorang redaktur biasanya menangani satu rubrik, misalnya rubrik ekonomi, luar negeri, olahraga, dsb. Karena itu ia dikenal pula dengan sebutan “Jabrik” atau Penanggung Jawab Rubrik.
Berikut ini tugas seorang redaktur secara lebih terinci:
  1. Mengusulkan dan menulis suatu berita dan foto yang akan dimuat untuk edisi mendatang
  2. Berkoordinasi dengan fotografer dan riset foto dalam pengadaan foto untuk  setiap penerbitan
  3. Membuat lembar penugasan atau Term Of Reference (TOR) kepada para reporter dan fotografer
  4. Mengarahkan dan membina reporter dalam mencari berita dan mengejar sumber berita
  5. Memberikan penilaian kepada reporter baik penilaian kualitatif maupun kuantitatif.
  6. Memberikan laporan perkembangan kepada atasannya yaitu Redaktur Pelaksana
Redaktur Bahasa / Korektor Naskah
Seorang Redaktur Bahasa / Korektor Naskah memiliki tugas sebagai berikut:
  1. Memeriksa,mengedit, dan menyempurnakan naskah sesuai dengan penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar
  2. Menyesuaikan naskah yang sudah diedit dalam bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jurnalistik
  3. Mengubah pengulangan kata-kata  yang sama dalam satu tulisan, sehingga kalimat dalam naskah menjadi bervariasi.
  4. Mengedit penggunaan logika bahasa, alur naskah
  5. Menyeragamkan style penulisan masing-masing redaktur, sehingga gaya penulisan seluruh naskah menjadi  sama
  6. Memeriksa naskah kata per  kata, penggunaan titik, koma, tanda seru,  titik dua.
  7. Mengedit penggunaan kata yang berasal dari bahasa asing,  bahasa daerah, bahasa slank sehingga mudah dimengerti pembaca.
Redaktur Artistik
Bagian Artistik memiliki tugas sebagai berikut:
  1. Merancang cover atau kulit muka
  2. Membuat dummy atau nomor contoh sebelum produk di cetak dan dijual ke pasar
  3. Mendesain dan melay out setiap halaman dengan naskah, foto, dan angka-angka
  4. Mengatur peruntukan halaman untuk naskah
  5. Menulis judul berita,anak judul,  caption foto, nama penulis pada setiap naskah
  6. Menulis nomor halaman, nama rubrik/desk, nomor volume terbit, hari terbit, dan tanggal terbit pada setiap edisi
Tugas-tugas editor:
Ada 3 (tiga) tugas utama dari seorang editor: mencari, memperbaiki dan menerbitkan naskah atau tulisan atau gambar.
Editor beroperasi sebagai penerbit, artinya editor harus terlibat dalam semua aspek
Editor dalam media apapun sama, cuma tergantung dia masuk ke jenisnya apa, #JobDeskEditor
Jenjang karir editor ada 5 (lima) macam: Copy Editor, Editor, Senior Editor, Managing Editor, Chief Editor.
Copy Editor hanya memiliki kewenangan terhadap teknis suatu penulisan naskah, misal kesalahan ejaan, bahasa, fakta, data, dan lain-lain,
Editor adalah seseorang yang melakukan penyuntingan seperti Editor Film, Editor Suara, Redaktur (Editor Tulisan),
Editor Senior memainkan peran banyak kunci untuk memastikan bahwa publikasi kualitas tertinggi diciptakan.Senior editor bertanggung jawab untuk administrasi, menulis, merancang dan distribusi.
Managing Editor adalah Seorang redaktur pelaksana adalah anggota senior dari tim manajemen sebuah publikasi.
Editor-in-chief (Kepala Redaksi) adalah kepala utama publikasi ini, memiliki tanggung jawab akhir untuk semua operasi dan kebijakan. Dia memimpin semua departemen organisasi. Selain itu, editor-in-chief yang bertanggung jawab untuk mendelegasikan tugas kepada anggota staf serta menjaga dengan waktu yang dibutuhkan mereka untuk menyelesaikantugas mereka. Istilah ini umumnya diterapkan untuk koran, majalah, buku tahunan, dan program berita televisi. Istilah ini juga diterapkan pada jurnal akademik, di mana editor-in-chiefakhirnya memutuskan apakah naskah diserahkan akanditerbitkan dalam jurnal. Keputusan ini dibuat oleh redaksi-setelah mencari masukan dari reviewer dipilih atas dasarkeahlian yang relevan. Tanggung jawab khas editor-in-chief mencakup:
Palang pengecekan fakta, ejaan, tata bahasa, menulis halamangaya desain, dan foto;
Menolak tulisan yang tampaknya menjiplak, hantu-ditulis oleh editor lainnya sub-, atau diterbitkan sebelumnya di tempat lain;
·       Mengedit konten tersebut;
·       Berkontribusi potongan editorial;
·       Memotivasi dan mengembangkan staf editorial;
·       Memastikan draft akhir selesai dan daerah tidak kosong;
·       Penanganan keluhan pembaca dan mengambil tanggung jawab untuk masalah yang dihasilkan, dan Untuk buku-buku atau jurnal, silang kutipan dan memeriksareferensi.
Tugas editor kepada penulis berita.
  • Meminta penulis mengirimkan tulisan tentang kreasi atau pemikiran-pemikiran mereka,
  • Memperbaiki tulisan penulis agar pembaca bias mengerti apa yang mau disampaikan penulis,
  • Mengedit naskah yang telah diubah sesuai dengan bahasa EYD (Ejaan Yang Disesuaikan) ataupun     bahasa yang sesuai dengan standarisasi penerbit,
  • Setelah pengeditan naskah selesai, memasukan semua foto atau gambar serta naskah yang sudah di edit kebagian design grafis ( atau biasa disebut SETTER ). Setter bertugas membuat “Layout”,  
  •  Lalu mengirimkan naskah yg sudah di layout tersebut kepada penulis, karena biasanya ada perubahan-perubahan redaksional dari penulis,
  •  Ketika penulis approve atau setuju dengan layout dan redaksionalnya. Maka naskah tersebut dikirim kembali ke “REPDEL” (Pimpinan Redaksi) untuk approval tata bahasannya,
  • Setelah approve hasil layout akan masuk ke dalam bagian produksi, untuk dibuat sparasi filmnya, \
  •  Setelah selesai editor harus memastikan film-film tersebut tidak blur atau sudah siap cetak,
  •  Setelah selesai film tersebut diberikan kebagian “Percetakan”
  •  Tugas terpentingnya adalah mengedit tulisan sesuai dengan tata bahasa yang digunakan Penerbit,
  •  Membiarkan penulis menulis sesuai dengan ideology atau pemikiran masing-masing,
  •  Lalu memastikan bahwa tulisan penulis tidak menyangkut SARA atau apapun yang dapat merugikan Penerbit,
  •  Serta mengkoordinasikan tulisan penulis kepada pimpinan redaksi penerbit apabila tulisan tersebut sedikit controversial, karena tidak menutup kemungkinan tulisan tersebut akan tetap dibukukan untuk kepentingan komersil.
PROSES KERJA JURNALISTIK
  1. Rapat Redaksi
  2. Repotase
  3. Penulisan Berita
  4. EDITING: proses memeriksa kembali naskah/tulisan untuk menyempurnakan tulisan, yang menyangkut ejaan, gaya bahasa, kelengkapan data, efektivitas kalimat, dan sebagainya. Pelaku disebut editor atau redaktur
  5. Setting dan Lay Out: proses pemilihan Setting merupakan proses pengetikan naskah yang menyangkut pemilihan jenis dan ukuran huruf. Sedangkan layout merupakan penanganan tata letak dan penampilan fisik penerbitan secara umum. Setting dan layout merupakan tahap akhir dari proses kerja jurnalistik. Setelah proses ini selesai, naskah dibawa ke percetakan untuk dicetak sesuai oplah yang ditentukan.
PROSES EDITING (MENYUNTING NASKAH)
A.    PENYUNTINGAN SECARA REDAKSIONALà Editor memeriksa tiap kata dan kalimat agar logis, mudah dipahami, dan tidak rancu (benar ejaan, punya arti, dan enak dibaca).
B.    PENYUNTINGAN SECARA SUBSTANSIAL à Editor memperhatikan dat dan fakta agar tetap akurat dan benar. Isi tulisan mudah dimengerti. Sistematika harus tetap terjaga.

KEGIATAN EDITING

  1. Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual.
  2. Menghindari kontradiksi dan mengedit berita untuk diperbaiki.
  3. Memperbaiki keaslahan ejaan (tanda baca, tatabahasa, angka, nama, dan alamat).
  4. Menyesuaikan gaya bahasa dengan gaya surat kabar bersangkutan.
  5. Mengetatkan tulisan (meringkas beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat yang memiliki kejelasan makna serupa).
  6. Menghindari dari unsure-unsur penghinaan, arti ganda, dan tulisan yang memeuakkan (bad taste).
  7. Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi (missal, anak judul/subjudul).
  8. Menulis judul yang menarik.
  9. Menulis keterangan gambar/caption untuk gambar/foto dan pekerjaan lain yang bersangkutan dengan cerita yang disunting.
  10. Menelaah kembali hasil tulisan yang telah dicetak, mungkin masih terdapat kesalahan secara redaksional dan substansial. 
FOKUS EDITOR
1.     Sadar akan latar belakang  para pembaca (umur, taraf hidup, dan gaya hidup) sehingga naskah diharapkan sesuai dengan latar belakang itu.
  1. Tegas
  2. Memperbaiki tulisan tanpa merusak cara penulis memaparkan pendapatnya.
  3. Haiti-hati dengan iklan terselubung yang masuk dalam tulisan.

JIWA REDAKTUR

  1. Memiliki wawasan luas à ilmu jurnalistik.
  2. Berkepala dingin, sanggup bekerja dalam suasana tergesa-gesa dan rumit, tanpa menderita perasaan tertekan.
  3. Cermat, hati-hati, tekun, dan tegas.
  4. elihat sesuatu dari sudut pandang pembaca (berorientasi pada kepentingan pembaca)
 


PRINSISP DASAR BAHASA JURNALISTIK/PERS

Fungsi à bahasa komunikasi massa à harus jelas dan mudah dibaca dengan tingkat ukuran intelektual minimal. Menurut JS Badudu (1988) bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas di antaranya:
1.     Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.
2.     Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Menerapkan prinsip 5 wh, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata.
3.     Sederhana, memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya (bombastis)
4.     Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga .
5.     Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.

Terdapat empat prinsip retorika tekstual   yang dikemukakan Leech, yaitu prinsip prosesibilitas, prinsip kejelasan, prinsip ekonomi, dan prinsip ekspresifitas. 
1.     Prinsip prosesibilitas, menganjurkan agar teks disajikan sedemikian rupa sehingga mudah bagi pembaca untuk memahami pesan pada waktunya. Dalam proses memahami pesan penulis harus menentukan (a) bagaimana membagi pesan-pesan menjadi satuan; (b) bagaimana tingkat subordinasi dan seberapa pentingnya masing-masing satuan, dan (c) bagaimana mengurutkan satuan-satuan pesan itu. Ketiga macam itu harus saling berkaitan satu sama lain.
Penyusunan bahasa jurnalistik dalam surat kabar berbahasa Indonesia, yang menjadi fakta-fakta harus cepat dipahami oleh pembaca dalam kondisi apa pun agar tidak melanggar prinsip prosesibilitas ini. Bahasa jurnalistik Indonesia disusun dengan struktur sintaksis yang penting mendahului struktur sintaksis yang tidak penting
Perhatikan contoh berikut:
Pangdam VIII/Trikora Mayjen TNI Amir Sembiring mengeluarkan perintah tembak di tempat, bila masyarakat yang membawa senjata tajam, melawan serta tidak menuruti permintaan untuk menyerahkannya. Jadi petugas akan meminta dengan baik. Namun jika bersikeras dan melawan, terpaksa akan ditembak di tempat sesuai dengan prosedur (Kompas, 24/1/99)
Contoh (1) terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat pertama menyatakan pesan penting dan kalimat kedua menerangkan pesan kalimat pertama.

Prinsip kejelasan, yaitu agar teks itu mudah dipahami. Prinsip ini menganjurkan agar bahasa teks menghindari ketaksaan (ambiguity). Teks yang tidak mengandung ketaksaan akan dengan mudah dan cepat dipahami.
Perhatikan Contoh:
(1)    Ketika mengendarai mobil dari rumah menuju kantornya di kawasan Sudirman, seorang pegawai bank, Deysi Dasuki, sempat tertegun mendengar berita radio. Radio swasta itu mengumumkan bahwa kawasan Semanggi sudah penuh dengan mahasiswa dan suasananya sangat mencekam (Republika, 24/11/98)

(2)    Wahyudi menjelaskan, negara rugi karena pembajak buku tidak membayar pajak penjualan (PPN) dan pajak penghasilan (PPH). Juga pengarang, karena mereka tidak menerima royalti atas karya ciptaannya. (Media Indonesia, 20/4/1997).
Contoh (3) dan (4) tidak mengandung ketaksaan. Setiap pembaca akan menangkap pesan yang sama atas teks di atas. Hal ini disebabkan teks tersebut dikonstruksi oleh kata-kata yang mengandung kata harfiah, bukan kata-kata metaforis.

Prinsip ekonomi. Prinsip agar teks itu singkat tanpa harus merusak dan mereduksi pesan. Ketua DPP PPP Drs. Zarkasih Noer menyatakan, segala bentuk dan usaha untuk menghindari disintegrasi bangsa dari mana pun atau siapa pun perlu disambut baik (Suara Pembaruan, 21/12/98.
Prinsip ekspresivitas. Prinsip ini dapat pula disebut prinsip ikonisitas. Prinsip ini menganjurkan agar teks dikonstruksi selaras dengan aspek-aspek pesan. Dalam wacana jurnalistik, pesan bersifat kausalitas dipaparkan menurut struktur pesannya, yaitu sebab dikemukakan terlebih dahulu baru dikemukakan akibatnya. Demikian pula bila ada peristiwa yang terjadi berturut-turut, maka peristiwa yang terjadi lebih dulu akan dipaparkan lebih dulu dan peristiwa yang terjadi kemudian dipaparkan kemudian.
Dalam situasi bangsa yang sedang kritis dan berada di persimpangan jalan, karena adanya benturan ide maupun paham politik, diperlukan adanya dialog nasional. “Dialog diperlukan untuk mengubur masa lalu, dan untuk start ke masa depan”. Tutur Prof. Dr. Nurcholis Madjid kepada Kompas di kediamannya di Jakarta Rabu (23/12) (Kompas, 24/12/98).
Pada contoh tampak bahwa kalimat pertama menyatakan sebab dan kalimat kedua mendatangkan akibat.

Pemakaian Kata, Kalimat dan Alinea
            Bahasa jurnalistik juga mengikuti kaidah bahasa Indonesia baku. Namun pemakaian bahasa jurnalistik lebih menekankan pada daya kekomunikatifannya. Para pembelajar BIPA tingkat lanjut dapat mempotensikan penggunaan bahasa Indonesia ragam jurnalistik dengan beberapa usaha.
1.     Pemakaian kata-kata yang bernas. Kata merupakan modal dasar dalam menulis. Semakin banyak kosakata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula gagasan yang dikuasainya dan sanggup diungkapkannya.
Dalam penggunaan kata, penulis yang menggunakan ragam BI Jurnalistik diperhadapkan pada dua persoalan yaitu ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Ketepatan mempersoalkan apakah pilihan kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis dan pembaca. Sedangkan kesesuaian mempersoalkan pemakaian kata yang tidak merusak wacana.
2.     Penggunaan kalimat efektif. Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung sempurna. Kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan itu tergambar lengkap dalam pikiran si pembaca, persis apa yang ditulis. Keefektifan kalimat ditunjang antara lain oleh keteraturan struktur atau pola kalimat. Selain polanya harus benar, kalimat itu harus pula mempunyai tenaga yang menarik.
3.     Penggunaan alinea/paragraf yang kompak. Alinea merupakan suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Setidaknya dalam satu alinea terdapat satu gagasan pokok dan beberapa gagasan penjelas.  Pembuatan alinea bertujuan memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan suatu tema dari tema yang lain.
Sebelum menjelaskan proses produksi surat kabar  yang lebih jauh, perlu diketahui apa yang dimaksud surat kabar dan surat kabar analog. Surat kabar analog adalah lembaran-lembaran yang tercetak dan tidak terjilid, terbit secara teratur yang isinya berkisar pada produk jurnalistik dan non jurnalistik, akan tetapi surat kabar isinya lebih dominan pada berita hard news. Untuk memproduksi sebuah surat kabar dimulai dari rapat produksi atau rapat perencanaan. Rapat ini mempunyai fungsi untuk mempersiapkan perencanaan liputan harian ini untuk terbitan esok hari. Yang menghadiri rapat ini biasanya pimred dan para redaktur. Tahap kedua adalah pembuatan surat penugasan, hal ini dilakukan oleh redaktur untuk reporter atau wartawan dalam mencari berita guna mengetahui apa yang harus diliput para wartawan dan reporter. Tahap ketiga adalah pemberian tugas kepada reporter. Para redaktur memberi tugas kepada para wartawan terantung masing – masing bidang yang akan diliput seperti ekonomi, politik, dan olah raga. Proses pembuatan surat kabar pada tahap yang ke empat adalah para reporter menjalankan tugas sebagai pencari berita di lapangan. Tahap yang ke lima adalah, setelah berita di lapangan terkumpul mulailah pembuatan naskah untuk isi surat kabar. Naskah tersebut kemudian di berikan kepada redaktur. Tahap yang ke enam adalah proses seleksi dan editing. Hasil naskah liputan para reporter dan wartawan diseleksi dan di edit oleh redaktur. Serta dikoreksi oleh kerektor sebelum dilanjutkan ke proses pembuatan dummy. Tahap selanjutnya adalah proses pembuatan dummy, ini dilakukan oleh redaktur setelah melewati proses seleksi dan editing, serta dilakukan oleh redaktur layout. Dan ini merupakan dua tahap terakhir yaitu proses pencetakan. Setelah disetujui oleh redaktur naskah tersebut dicetak agar menjadi surat kabar. Yang terakhir adalah rapat evaluasi rapat ini dilakukan oleh jajaran pemimpin redaksi.
Bagaimana proses distribusi surat kabar analog?
Setelah surat kabar selesai dicetak maka surat kabar tersebut siap untuk diterbitkan atau di distribusikan ke berbagai penyalur dari yang terbesar sampai yang terkecil. Pendistribusian surat kabar adalah dengan menyebarkan ke berbagai daerah. Surat kabar tersebut diecer ke berbagai toko buku atau loper koran. Loper koran adalah penyalur distribusi kecil yang menjual surat kabar analog yang berbentuk bacaan yang tercetak.
Bagaimana proses konsumsi surat kabar analog di masyarakat?
Proses konsumsi surat kabar analog di masyarakat adalah diawali dengan rasa keingin tahuan akan berita apa yang sedang terjadi. Selanjutnya masyarakat membeli surat kabar tersebut seperti membeli koran, majalah, dan lain lain. Untuk masyarakat menengah kebawah mereka biasa membeli surat kabar analog karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli alat komunikasi untuk dapat mengakses berita – berita yang sedang terjadi. Tetapi ada sebagian orang yang mampu juga membeli surat kabar analog dengan alasan tertentu.
Bagaimana proses produksi surat kabar digital?
Surat kabar digital merupakan bacaan yang berupa berita yang tidak tersedia di media cetak. Surat kabar digital hana menggunakan alat teknologi komunikasi yang canggih untuk mengunduhnya atau mengaksesnya. Proses surat kabar digital diperlukan kemampuan dalam bermain teknologi. Dan proses dari produksi surat kabar digital tidak serumit dengan proses surat kabar analog. Proses produksi surat kabar digital meliputi beberapa tahap. Tahap pertama pencarian berita, pencarian berita bisa dilakukan oleh siapa saja. Lalu penulisan naskah di komputer kemudian disini lah kemampuan para pengeditor dilihat seberapa kreatif mereka dalam membuat surat kabar digital. Hal ini sangat diperhatikan karena untuk membuat para pembaca merasa tertarik. Selanjutnya setelah selesai, para pembaca surat kabar digital dapat mengakses nya di situs atau websites terntentu.
Bagaimana proses distribusi surat kabar digital?
Untuk dapat mendistribusikan surat kabar digital para pembuat surat kabar tersebut perlu membuat sebuah web. Tidak semua orang memiliki kemampuan dalam membuat account sperti itu. Lalu kemudian si pembuat dapat menyebarluaskan bacaan – bacaan yang berisi berita ke seluruh dunia dengan menakses web yang telah dibuat. Surat kabar digital lebih cepat terbit dibandingkan dengan surat kabar analog karena tidak melewati proses pencetakan dan sebagainya. Walaupun proses distribusi surat kabar digital tidak serumit surat kabar analog akan tetapi sangat dibutuhkan ketangkasan dalam hal menulis berita agar tida kalah saing dengan surat kabar analog seperti majalah, koran, dan lain – lain.
Bagaimana proses konsumsi surat kabar digital oleh masyarakat?
Setelah si pembuat berita memasukan apa yang ia buat dapatlah masyarakat dapat mengunduk berita tersebut. Proses konsumsi surat kabar digital lebih banyak di nikmati oleh masyarakat yang memiliki teknologi komunikasi yang canggih yang dapat mengakses berbagai berita – berita yang sedang terjadi. Dan juga dibutuhkan hardware seperti modem untuk masuk ke dalam dunia maya. Biaya yang dibutuhkan untuk membeli hardware yang dibutuhkan dalam mengakses berita di surat kabar digital mungkin lebih banyak tetapi dalam peggunaannya bukan hanya untuk mengakses surat kabar tetai masyarakat dapat mengakses situs – situs lain dlaam menambah wawasan. 
Pada mulanya kegiatan jurnalistik berkisar pada hal-hal yang sifatnya informatif saja. Ini terbukti pada Acta Diurna sebagai produk jurnalistik pertama pada jaman Romawi, ketika Kaisar Julius Cesar berkuasa. Dalam perkembangan masyarakat selanjutnya, surat kabar sebagai sarana jurnalistik dan dapat mencapai khalayak secara massal itu oleh kaum idealis digunakan untuk melakukan kontrol sosial. Sehingga surat kabar yang tadinya merupakan journal d’information, yang hanya menyebarkan informasi, menjadi journal d’opinion, yang menyebarkan pesan-pesan untuk mempengaruhi masyarakat. Dengan kemajuanilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, menghasilkan radio dan televisi, jurnalistik menjadi semakin luas. Karena tidak lagi mengelola laporan harian untuk sarana surat kabar, tapi juga untuk sarana radio dan televisi tadi.
Ketika siaran radio muncul di tengah-tengah masyarakat Amerika Serikat pada dekade 1920 – 1930, sempat terjadi apa yang dinamakan mereka The Press Radio War, perang antara pers dan radio. Pers pada waktu itu merasa disaingi oleh kecepatan radio dalam menyiarkan berita. Radio menyiarkan berita setiap jam sekali, sedangkan surat kabar setiap 24 jam sekali. Sehingga berita surat kabar menjadi basi. Dalam situasi yang dirasakan gawat oleh pers pada waktu itu, pers memboikot dengan menghentikan pemberitaan mengenai radio dan mengadakan tekanan kepada kantor-kantor untuk menghentikan penjualan berita kepada stasiun radio. Tapi pihak radio tidak tinggal diam. Didirikanlah Columbia News Service, sebuah kantor berita yang mengusahakan bahan berita khusus untuk beberapa stasiun radio.
Pada akhirnya perang antara pers dan radio itu berhenti dengan sendirinya. Karena kedua jenis media massa itu pada umumnya dimiliki oleh seorang pengusaha.
Demikian pula munculnya siaran televisi di masyarakat, yang juga menyiarkan berita – bahkan lebih mempesona sebab sifatnya audio visual – tidak menimbulkan ketegangan seperti pernah terjadi tatkala radio muncul. Tidak terjadinya perang pers-radio-televisi lantaran stasiun-stasiun televisi umumnya dimiliki oleh pengusaha surat kabar. Jelas tidak akan terjadi ketegangan jika surat kabar, stasiun radio dan televisi itu sekaligus dimiliki oleh satu orang.
Walaupun begitu, siaran radio dan televisi sebagai media elektronik telah menimbulkan pengaruh cukup bararti terhadap jurnalistik surat kabar sebagai media cetak. Seperti telah disinggung di muka, dalam penyiaran berita, surat kabar kalah cepat oleh radio dan televisi. Karena itu, para wartawan surat kabar berusaha mengubah teknik pengolahan berita dengan tujuan agar khalayak pembaca tetap tertarik dan memerlukannya, meskipun berita yang disiarkannya telah diketahui lebih dulu dari radio atau televisi. Sehingga dalam pelayanannya kepada masyarakat saling mengisi.
Demikian pula wartawan majalah, media cetak yang terbitnya seminggu sekali, berusaha mengubah teknik pemberitaannya. Dengan harapan tetap dapat memenuhi keinginan dan keperluan pembacanya yang kurang atau tidak dipenuhi oleh surat kabar, radio dan televisi. Revolusi teknologi menghasilkan penyempurnaan alat percetakan yang mampu mengubah kecepatan menyusun huruf bagi bahan berita, dan mengingkatkan kecepatan mencetak surat kabar menjadi berlipat ganda. Dalam pada itu ilmu pun telah berkembang, sehingga jurnalistik dijadikan objek studi secara ilmiah. Ilmu yang paling tepat mempelajari dan meneliti kegiatan jurnalistik adalah ilmu komunikasi. 
PENGENALAN EDITING MEDIA TV DAN MEDIA ONLINE
Editor
Editing dilakukan agar memperoleh hasil akhir/final dari proses [roduksi agar siap disiarkan sebagai program televisi. Editing dibuat dengan keahlian dan rasa seni yang baik dapat merupakan kreativitas penting bagi kontribusi produksi.
Dalam TV editing terdapat 3 macam editing:
  1. Video switching pada saat rekaman dengan production switcher.
  2. Post-production videotape editing.
  3. Film editing.
Pada dasarnya mekanisme editing berhubungan dengan :
  1. “moment” yang dipilih untuk berpindah dari satu adegan ke adegan lainnya.
  2. “bagaimana” membuat perpindahan (cut, mix) dan “kecepatan” dari perpindahan.
  3. “maksud” dari adegan-adegan dan
  4. “durasi”
Oleh karena itu editing mempunyai manfaat antara lain:
  1. Memindahkan pusat perhatian, menuntun perhatian kepada aspek dari subjek atau adegan.
  2. Menekankan atau menahan suatu informasi.
  3. Tujuan dan durasi adegan dapat menyebabkan bagaimana audience menafsirkan atau bereaksi terhadapnya.
Pengertian Editing
Editing adalah pekerjaan memotong-motong dan merangkai (menyambung) potongan-potongan gambar sehingga menjadi film berita yang utuh dan dapat dimengerti. Post production atau disebut juga bagian editing, merupakan bagian yang akan mensortir hasil-hasil shooting, baik drama maupun non-drama.
Pasca produsi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing offlineediting online, dan mixing :
1. Editing offline
Setelah shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yatiu mencatat kembali semua hasil shootingberdasarkan catatan shooting dan gambar. Di dalam logging time code (nomor kode yang berupa digit frame, detik, menit, dan jam dimunculkan dalam gambar) dan hasil pengambilan setiap shoot dicatat. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing offline. Sesudah editingkasar ini jadi, reporter membuat naskah yang dilengkapi dengan uraian narasi, timecode, dan bagaian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik.
2. Editing online
Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan time-code dalam naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang seimbang dan sempurna. Setelah editing online ini siap, proses berlanjut denganmixing.
3. Mixing (pencampuran gambar dengan suara)
Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah direkam, dimasukkan ke dalam pita hasil editingonline sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi dan musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan terdengar jelas. Sesudah proses mixing ini boleh dikatakan bagian yang penting dalam post-production sudah selesai.

A.    JURNALISME ONLINE
Media online adalah media massa yang dapat kita temukan di internet. Sebagai media massa media online juga menggunakan kaidah – kaidah jurnalistik dalam sistem kerja.
            Jurnalistik online muncul ketika Mark Drugle membeberkan cerita perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica Lewinsky. Karena dengan melalui internet semua orang yang mengakses internet segera mengetahui rincian cerita tersebut. Itulah awal mula merebaknya jurnalisme online dan mulai dikenalnya jurnalisme online.
Jurnalisme online merupakan proses penyampaian informasi dengan menggunakan media internet. Menurut Laquel lahirnya Arpanet, asal mula internet adalah terciptanya suatu ledakan tidak terduga di tahun 1969, yaitu dengan lahirnya Arpanet suatu proyek eksperimen Kementrian Pertahanan Amerika Serikat bernama DARPA.
            Berkaitan dengan tingkat kredibilitas atas berita yang ada pada jurnalisme online tampaknya sulit dipastikan. Yang jelas, kesalahan pemberitaan munkin saja dapat terjadi. Semua media mempunyai kemungkinan kesalahan. Tidak mungkin jurnalisme online bebas dari kesalahan.


B.   Pengertian Media Online
  1. Media online (online media) adalah media massa yang tersaji secara online di situs web (website) internet.
  2. Media online adalah media massa ”generasi ketiga” setelah media cetak (printed media) –koran, tabloid, majalah, buku-- dan media elektronik (electronic media) –radio, televisi, dan film/video.
  3. Media Online merupakan produk jurnalistik online. Jurnalistik online –disebut juga cyber journalisme– didefinisikan sebagai “pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet” (wikipedia).
4.     Secara teknis atau ”fisik”, media online adalah media berbasis telekomunikasi dan multimedia (komputer dan internet). Termasuk kategori media online adalah portal, website (situs web, termasuk blog), radio online, TV online, dan email.
5.     Isi media online terdiri: Teks, Visual/Gambar, Audio, dan Audio-Visual (Video)

Online journalism atau lebih dikenal dengan nama jurnalisme online lahir pada tanggal 19 Januari 1998, ketika Mark Drugde membeberkan cerita perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica Lewinsky atau yang sering disebut “monicagate”. Ketika itu, Drugde berbekal sebuah laptop dan modem, menyiarkan berita tentang “monicagate” melalui internet. Semua orang yang mengakses internet segera mengetahui rincian cerita “monicagate”. Itulah awal mula munculnya jurnalisme online. Kasus itu juga mirip ketika menjelang keruntuhan pemerintahan Orde Baru Soeharto, 1998. Saat itu, semua media dalam cengkeraman dan pengawasan ketat pemerintahan Orde Baru. Ketatnya pengawasan itu mengakibatkan munculnya media alternative melalui internet. Saat itu semua berita mengenai kebobrokan Orde Baru disebarkan melalui media online seperti melalui internet oleh aktivis pro demokrasi sepertir (kdpnet@activist.com atau kdp@usa.net).
Jurnalisme Online
Jurnalisme dalam KBBI disebut sebagai pekerjaan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan melaporkan berita kepada khalayak. Dalam perkembangannya, media penyampaian berita kepada pembaca tidak hanya terbatas pada surat kabar. Tetapi seiring perkembangan teknologi, kini arah perkembangan media menuju persaingan media online. Media online bisa menampung berita teks, image, audio dan video. Berbeda dengan media cetak, yang hanya menampilkan teks dan image. ”Online” sendiri merupakan bahasa internet yang berarti informasi dapat diakses di mana saja dan kapan saja selama ada jaringan internet. Jurnalisme online ini merupakan perubahan baru dalam ilmu jurnalistik. Laporan jurnalistik dengan menggunakan teknologi internet, disebut dengan media online, yang menyajikan informasi dengan cepat dan mudah diakses di mana saja. Dengan kata lain, berita saat ini bisa di baca saat ini juga, di belahan bumi mana saja. Menurut Satrio Arismunandar (2006), orang yang memproduksi content terutama untuk Internet, dan khususnya untuk World Wide Web, dapat dianggap bekerja untuk salah satu atau lebih dari empat jenis Jurnalisme Online yang tersebut di bawah ini. Berbagai jenis jurnalisme online itu dapat ditempatkan di antara dua domain.
Domain pertama, adalah suatu rentangan, mulai dari situs yang berkonsentrasi pada editorial content sampai ke situs-situs Web yang berbasis pada konektivitas publik (public connectivity). Editorial content diartikan di sini sebagai teks (termasuk kata-kata yang tertulis atau terucapkan, gambar-gambar yang diam atau bergerak), yang dibuat atau diedit oleh jurnalis. Sedangkan konektivitas publik dapat dipandang sebagai komunikasi ”titik-ke-titik yang standar” (standard point-to-point). Atau, bisa juga kita nyatakan sebagai komunikasi ”publik” tanpa perantaraan atau hambatan (barrier of entry), misalnya, hambatan dalam bentuk proses penyuntingan (editing) atau moderasi (moderation). Domain kedua, melihat pada tingkatan komunikasi partisipatoris, yang ditawarkan oleh situs berita bersangkutan. Sebuah situs dapat dianggap terbuka (open), jika ia memungkinkan pengguna untuk berbagi komentar, memposting, mem-file (misalnya: content dari situs tersebut) tanpa moderasi atau
intervensi penyaringan. Sedangkan komunikasi partisipatoris tertutup (closed) dapat dirumuskan sebagai situs di mana pengguna mungkin berpartisipasi. Namun langkah komunikatif mereka harus melalui kontrol editorial yang ketat. Berikut ini empat jenis jurnalisme online yang dikemukakannya:
1. Mainstream News sites
Bentuk media berita online yang paling tersebar luas adalah situs mainstream news. Situs ini
menawarkan pilihan editorial content, baik yang disediakan oleh media induk yang terhubung (linked) dengannya atau memang sengaja diproduksi untuk versi Web. Tingkat komunikasi partisipatorisnya adalah cenderung tertutup atau minimal. Contoh: situs CNN, BBC, MSNBC, serta berbagai suratkabar online. Situs berita semacam ini pada dasarnya tak punya perbedaan mendasar dengan jurnalisme yang diterapkan di media cetak atau siaran, dalam hal penyampaian berita, nilai-nilai berita, dan hubungan dengan audiences. Di Indonesia, yang sepadan dengan ini adalah detik.com, Astaga.com, atau Kompas Cyber Media.
2. Index & Category sites
Jenis jurnalisme ini sering dikaitkan dengan mesin pencari (search engines) tertentu (seperti Altavista atau Yahoo), perusahaan riset pemasaran (seperti Moreover) atau agensi (Newsindex), dan kadangkadang bahkan individu yang melakukan usaha (Paperboy). Di sini, jurnalis online menawarkan links yang mendalam ke situs-situs berita yang ada di manapun di World Wide Web. Links tersebut kadangkadang dikategorisasi dan bahkan diberi catatan oleh tim editorial. Situs-situs semacam ini umumnya tidak menawarkan banyak editorial content yang diproduksi sendiri, namun terkadang menawarkan ruang untuk chatting atau bertukar berita, tips dan links untuk publik umum.
3. Meta & Comment sites
Ini adalah situs tentang media berita dan isu-isu media secara umum. Kadang-kadang dimaksudkan sebagai pengawas media (misalnya: Mediachannel, Freedomforum, Poynter’s Medianews). Kadang-kadang juga dimaksudkan sebagai situs kategori dan indeks yang diperluas (seperti: European Journalism Center Medianews, Europemedia). Editorial content-nya sering diproduksi oleh berbagai jurnalis dan pada dasarnya mendiskusikan content lain, yang ditemukan di manapun di Internet. Content semacam itu didiskusikan dalam kerangka proses produksi media. ”Jurnalisme tentang  jurnalisme” atau meta-journalism semacam ini cukup menjamur.

4. Share & Discussion sites
Ini merupakan situs-situs yang mengeksploitasi tuntutan publik bagi konektivitas, dengan menyediakan sebuah platform untuk mendiskusikan content yang ada di manapun di Internet. Dan kesuksesan Internet pada dasarnya memang disebabkan karena publik ingin berkoneksi atau berhubungan dengan orang lain, dalam tingkatan global yang tanpa batas. Situs semacam ini bisa dibilang memanfaatkan potensi Internet, sebagai sarana untuk bertukar ide, cerita, dan sebagainya. Kadang-kadang dipilih suatu tema spesifik, seperti: aktivitas anti-globalisasi berskala dunia (situs Independent Media Centers, atau umumnya dikenal sebagai Indymedia), atau berita-berita tentang komputer (situs Slashdot).

Jurnalisme masa depan
Jurnalisme online layak disebut dengan jurnalisme masa depan. Karena perkembangan teknologi memungkinkan orang membali perangkat pendukung akses internet praktis seperti notebook atau netbook dengan harga murah. Apalagi kalau koneksi internet mudah diperoleh secara terbuka seperti hotspot (WiFi) di ruang-ruang publik. Sehingga minat masyarakat terhadap media bisa bergeser dari media cetak ke media online. Hal itupun sekarang mulai terjadi. Bahkan beberapa media cetak besar di Amerika Serikat, seperti kelompok Chicago Tribune, mulai merugi dan terancam gulung tikar. Karena masyarakat mulai beralih ke media online.
Cyber media dan perkembangan teknologi komunikasi
Perkembangan media tidak lepas dari perkembangan teknologi komunikasi. Kalau dulu orang hanya mengenal media cetak dan elektronik (televisi dan radio), kini seiring perkembangan teknologi komunikasi berbasis cyber, maka media pun mengikutinya dengan menjadikan internet sebagai media massa. Kini seiring perkembangan teknologi telepon seluler, berita-berita di internet juga bisa diakses melalui ponsel. Mengapa jurnalisme online memagang peranan penting dalam perkembangan media massa saat ini?
Karena:
      a. Jurnalisme online membawa nilai egaliter.
Setiap individu bebas merealisasikan sumber dayanya dari mengerahkan segala potensinya untuk menggapai semua bagian dalam menentukan jalan yang disenangi. Setiap individu bebas memanfaatkan peluang berkomunikasi dengan siapa saja untuk mewarisi peradaban dunia dengan bebas dan mengaktualisasikan dirinya.
     b. Jurnalisme online membawa nilai liberal.
Dalam jurnalisme online sangat menjunjung tinggi adanya kebebasan berpendapat serta berkumpul dan berserikat. Menurut paham liberal, ini merupakan kebebasan asasi yang dimiliki oleh setiap manusia. Selain itu posisi antara masyarakat dan negara adalah setara, dalam artian bahwa negara tidak boleh mencampuri urusan atau kehidupan masyarakat.

C.    Kekurangan Jurnalisme Online
1. Jurnalisme online seseorang yang ingin mengkonsumsinya hrus berada  didepan      komputer untuk membaca segala informasi yang ada pada web atau karya – karya jurnlaisme online lainnya.
2. Berita – berita yang disampaikan melalui jurnalisme online tidak seakurat seperti berita yang disampaikan jurnalisme konvensional
3.  Jurnalisme online merupakan “mainan” masyarakat supra rasional. Masyarakaat yang tidak tergolong supra rasional tidak akan betah dengan mengakses jurnalisme online. Kalau mereka tidak mengakses jurnalisme online maka mereka akan dilanda oleh kecemasan informasi (information anxiety).
4. Tidak memiliki kredibilitas. Ini karena logis sebab, orang yang tidak memiliki ketrampilan yang memadai pun bisa bercerita lewat jurnalisme online. Orang yang tidak mengenal selik-beluk jurnalisme bisa menyampaikan idenya pada orang-orang di berbagai belahan bumi melalui internet. Yang kedua tingkat kebenaran jurnalisme online masih diraguklan. Berita televisi dan berita surat kabar yang notabene dihasilkan oleh orang-orang yang memiliki keterampilan jurnalistik memadai dianggap masih mengandung kesalahan.
D.     Karakteristik Jurnalisme Online
1.     Kapasitas luas --halaman web bisa menampung naskah sangat panjang
  1. Pemuatan dan editing naskah bisa kapan saja dan di mana saja.
  2. Jadwal terbit bisa kapan saja bisa, setiap saat.
  3. Cepat, begitu di-upload langsung bisa diakses semua orang.
  4. Menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet.
  5. Aktual, berisi info aktual karena kemudahan dan kecepatan penyajian.
  6. Update, pembaruan informasi terus dan dapat dilakukan kapan saja.
  7. Interaktif, dua arah, dan ”egaliter” dengan adanya fasilitas kolom komentar, chat room, polling, dsb.
  8. Terdokumentasi, informasi tersimpan di ”bank data” (arsip) dan dapat ditemukan melalui ”link”, ”artikel terkait”, dan fasilitas ”cari” (search).
10.  Terhubung dengan sumber lain (hyperlink) yang berkaitan dengan informasi tersaji.

E.    Keunggulan Jurnalisme online:
Mampu menyajikan berita dan informasi dalam waku yang sangat cepat
Aktual, real time. Berita bisa langsung dipublikasikan pada saat kejadian sedang berlangsung. Karakter ini juga dimiliki media TV dan radio, namun kelebihan media online adalah mekanisme publikasi real time itu lebih leluasa, tanpa dibatasi periodisasi dan jadwal terbit atau jadwal siaran (program). Kapan dan di mana saja, maka wartawan media online mampu mempublikasikan berita.
Leluasa dengan jadwal. Bisa diterbitkan dari mana saja dan kapan saja
Berita tersimpan dan diakses kembali dengan mudah. Media online bisa menerbitkan dan mengarsip artikel-artikel untuk dapat dilihat kapan saja.
Multimedia. Media online dapat menyajikan informasi lebih kaya ketimbang jurnalisme tradisional, yaitu bisa menggabungkan tulisan (script), gambar (grafis), dan suara (audio), bahkan audio-visual (film, video) dalam satu kesatuan.
Memberi pilihan pada publik untuk memberi tanggapan, berinteraksi, atau bahkan mengcustomize (menyesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan publik bersangkutan) terhadap berita-berita tertentu (interactivity).
Kaya informasi. Media online bisa menyiarkan informasi dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan dan sangat pendek. Pengelola media online sangat mungkin meng-upload atau posting informasi terbaru kapan saja dan sebanyak-banyaknya tanpa batasan halaman atau durasi.
Seperti tertulis dalam buku Online Journalism. Principles and Practices of News for The Web (Holcomb Hathaway Publishers, 2005), ada beberapa Keunggulan yang bisa diperoleh dari jurnalisme online:
Audience Control. Jurnalisme online memungkinkan audience untuk bisa lebih leluasa dalam memilih berita yang ingin didapatkannya
Nonlienarity. Jurnalisme online memungkinkan setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri sehingga audience tidak harus membaca secara berurutan untuk memahami Storage and retrieval. Online jurnalisme memungkinkan berita tersimpan dan diakses kembali dengan mudah oleh audience
Unlimited Space. Jurnalisme online memungkinkan jumlah berita yang disampaikan/ ditayangkan kepada audience dapat menjadi jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya.
Immediacy. Jurnalisme online memungkinkan informasi dapat disampaikan secara cepat dan langsung kepada audience
Multimedia Capability. Jurnalisme online memungkinkan bagi tim redaksi untuk menyertakan teks, suara, gambar, video dan komponen lainnya di dalam berita yang akan diterima oleh audience
Interactivity. Jurnalisme online memungkinkan adanya peningkatan partisipasi audience dalam setiap berita.















Daftar Pustaka :
Wibowo, Fred. 2007, Teknik Produksi Program Televisi, PINUS, Yogyakarta.  Hal 42
Siregar, Ashadi. Dkk. 1998. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa. Yogyakarta : Kanisius.





Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Berlangganan Sinyal FX?

JustForex

Followers

Popular Post

- Copyright &SHIE; artorlife -Diberdayakan- Powered by Blogger - Designed by SHIE -