- Back to Home »
- TUGAS »
- EDITING
Posted by : Hery Amariansyah
Wednesday, 1 January 2014
Nama
kelompok :
· Hery Amariansyah 120531100033
· M Heykal A A 120531100008
· Nofianto P I 120531100019
· Sofi Mubdianto 120531100002
· Ferry D F 120531100038
EDITING
PENDAHULUAN
Beberapa orang
mengalami kebingungan saat dihadapkan dengan beberapa kata serupa, seperti editor,
editorial, dan edit. supaya tidak salah
kaprah nantinya, mari mengenali
masing-masing kata tadi. Berdasarkan KBBI offline versi 1, berikut arti dari
ketiga kata tadi.
edit /édit/ v, meng·e·dit v 1 mempersiapkan
naskah yg siap cetak atau siap terbit (dng memperhatikan terutama segi ejaan,
diksi, dan struktur kalimat); menyunting: dia ~ naskah buku- buku yg
akan diterbitkan; 2 merencanakan dan mengarahkan penerbitan
(surat kabar, majalah)
Edi·tor /éditor/ n orang yg
mengedit naskah tulisan atau karangan yg akan diterbitkan dl majalah, surat
kabar, dsb; penyuntingan.
Edi·to·ri·al /éditorial/ Kom 1 a mengenai
atau berhubungan dng editor atau pengeditan: pekerjaan --; 2 n artikel
dl surat kabar atau majalah yg mengungkapkan pendirian editor atau pimpinan
surat kabar (majalah) tsb mengenai beberapa pokok masalah; tajuk rencana.
Sudah bisa dilihat perbedaan antara ketiganya? Jadi,
edit adalah prosesnya, editor adalah orang atau pelakunya, sedangkan editorial
adalah salah satu hasil tulisan editor. Buku tentu biasanya tidak dihasilkan
oleh editor karena yang menuliskannya adalah penulis (editor juga bisa jadi
penulis). Sedangkan editor adalah orang yang merancang dan mempersiapkan buku
dari penulis tersebut agar siap diterbitkan. Sedangkan editorial adalah artikel
yang ditulis oleh editor mengenai sebuah masalah.
Namun bila
Anda melihat pada KBBI offline, pada bagian editor, Anda akan melihat bahwa
terdapat beberapa macam editor, seperti saya kutip di bawah ini.
Bahasa penyunting naskah yg akan diterbitkan dng
memperhatikan ejaan, diksi, dan struktur kalimat. Pengelola petugas yg bertanggung jawab atas penyampaian berita di
televisi dan radio (pada surat kabar dan majalah disebut redaktur pelaksana). Penyeleleksian manajer penyunting yg bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas para
penyunting secara tepat dan efisien sesuai dengan yang telah
ditentukan.
Dari ketiga
macam editor di atas, sebenarnya bisa disimpulkan bahwa semua editor tadi
memiliki peran yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama, yakni menghasilkan
sebuah buku yang berkualitas. Hanya saja, editor tadi dibedakan berdasarkan
tingkatannya. Pada tingkatan pertama terdapat editor bahasa yang hanya fokus
pada masalah bahasa seperti ejaan, diksi, dan struktur kalimat. Sedangkan
editor pengelola biasanya lebih pada media informasi seperti berita, baik di
televisi, radio, maupun koran. Editor penyelia merupakan tingkatan paling
tinggi karena ia merupakan manajer editor yang bertanggung jawab atas
keseluruhan proses editing hingga penyampaiannya pada pembaca maupun
pendengar.
Sebenarnya dibutuhkan beberapa editor dalam mengolah sebuah buku agar enak dibaca oleh pembaca. Sayangnya saat ini penerbitan sangat berorientasi pada uang sehingga mereka menggunakan satu editor sebagai editor bahasa dan editor penyelia. Akhirnya, banyak buku yang tak menarik untuk dibaca atau setengah-setengah saja dalam memuaskan pembaca.
Sebenarnya dibutuhkan beberapa editor dalam mengolah sebuah buku agar enak dibaca oleh pembaca. Sayangnya saat ini penerbitan sangat berorientasi pada uang sehingga mereka menggunakan satu editor sebagai editor bahasa dan editor penyelia. Akhirnya, banyak buku yang tak menarik untuk dibaca atau setengah-setengah saja dalam memuaskan pembaca.
Pengertian
Editing
Editing adalah salah satu elemen penting yang tidak
dapat dipisahkan dari dunia broadcast. Kata editing dalam bahasa
Indonesia adalah
serapan dari Ingris. Editing berasal dari bahasa Latin editus yang artinya
‘menyajikan kembali’. Editing dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan kata
editing. Kataediting berasal dari bahasa Inggris yang
artinya, pertama, menyiapkan naskah tulisan untuk diterbitkan atau
dipresentasikan, dengan mengoreksi, merevisi, atau mengadaptasi. Kedua,
menyiapkan sebuah edisi untuk diterbitkan, misalnya kumpulan cerita pendek atau
kumpulan artikel. Ketiga, mengarahkan penerbitan (surat kabar atau
majalah). Keempat, menggabungkan unsur-unsur (film atau musik) dengan cara
memotong-motong dan memasang kembali. Kelima, mengurangi; menghapus
bagian tertentu dari skenario film.
Editing, dalam bahasa Indonesia, dipadamkan dengan
kata-bentukan penyuntingan; berasal dari kata-dasar sunting. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata kerja menyunting memiliki tiga arti.
Pertama, menyiapkan naskah siap cetak atau siap untuk diterbitkan dengan
memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan,
diksi, dan struktur kalimat). Kedua, merencanakan dan mengarahkan penerbitan
(surat kabar, majalah). Dan ketiga, menyusun atau merakit (film, pita rekaman)
dengan cara memotong-motong dan memasang kembali. Adapun kata penyuntingan,
menurut KBBI, memilikiarti: proses, cara, perbuatan sunting menyunting; segala
sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan menyunting; pengeditan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa editing adalah usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan menjadi lebih
berguna dan enak ditonton. Tentunya editing ini dapat dilakukan jika bahan
dasarnya berupa shot (stock shot) dan unsur pendukung seperti voice, sound effect, dan musik sudah mencukupi. Selain itu, dalam
kegiatan editing seorang editor harus betul-betul mampu merekontruksi (menata
ulang) potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru kamera. Leo Nardi
berpendapat editing film adalah merencanakan dan memilih serta menyusun kembali
potongan gambar yang diambil oleh juru kamera untuk disiarkan kepada
masyarakat.
Editor
Editor adalah orang yang bekerja di belakang layar.
Dia menyeleksi dan memperbaiki naskah sebelum dipublikasikan. Di media massa,
editor adalah hatinurani media, menyelaraskan sebuah naskah dengan visi, misi,
dan rubrikasi media. Secara teknis, ia tegas dalam penggunaan huruf besar dan
singkatan, penggunaan gelar, tanda baca, ejaan, tata bahasa, pemilihan
jenis huruf untuk judul dan sebagainya. Tugas editor adalah editing –mengedit,
menyunting, yakni proses penentuan, seleksi, dan perbaikan (koreksi) naskah
yang akan dimuat atau dipublikasikan. Di media massa, editing adalah
tugas redaktur.
Kelengkapan
Editor
· Style Book –buku pedoman gaya bahasa khas
media tempat editor bekerja.
· Kamus Bahasa.
· Kamus singkatan (akronim).
· Peta.
· Buku biografi tentang tokoh-tokoh ternama.
· Ensiklopedi.
· Buku atau koleksi ucapan atau pepatah
terkenal.
Tujuan
Editing
- Memperbaiki struktur kalimat yang ruwet agar
lebih lancar dan komunikatif,
- Menjaga agar isi naskah dapat
dipertanggungjawabkan, sesuai dengan visi dan misi redaksi, serta
menarik perhatian pembaca/audience.
- Tegas dalam hal-hal seperti penggunaan huruf
besar dan singkatan, penggunaan gelar, tanda baca, ejaan, tata bahasa,
pemilihan jenis huruf untuk judul, dsb.
Macam
– Macam Editing
· Editing foto
· editing video broadcast
· editing film
· editing web
· editing media (koran, majalah, dsb)
· editing layoout,dll
PROSES
EDITING
Di balik sebuah tulisan yang enak dibaca
terdapat editor (redaktur) yang hebat. Di balik buku best seller pastilah ada
editor yang hebat pula. Ringkasnya, tidak ada penulis yang bisa bekerja tanpa editor
yang baik. “No writer can work without a good editor”. Editing adalah
pekerjaan intelektual dan teknis. Intelektual karena ia membutuhkan wawasan
memadai untuk validasi fakta dalam sebuah naskah. Teknis karena ia membutuhkan
kecermatan dalam pilihan kata, kalimat, dan tanda baca. Dengan intelektualitas
dan kemampuan teknis, editor menjadikan sebuah naskah menjadi hebat, layak
siar, layak muat, enak dibaca, serta mudah dicerna pembaca. Editing efektif
membutuhkan intelijensia, empati, fleksibilitas, kepercayaan diri, kemauan
untuk bereksperimen, ketajaman, ketelitian, kesabaran, guna membantu penulis
dalam mencapai tujuannya.
- Dalam proses penulisan naskah berita, editing
merupakan bagian dari aktivitas pengolahan hasil liputan (news processing)
setelah melewati tahap news planning (perencanaan berita), news gathering
(peluputan peristiwa di lapangan), dan news writing (penulisan bahan-bahan
berita menjadi sebuah tulisan berita).
PENYUNTINGAN
SECARA REDAKSIONAL : Editor memeriksa tiap kata dan kalimat agar logis, mudah
dipahami, dan tidak rancu (benar ejaan, punya arti, dan enak dibaca).
PENYUNTINGAN
SECARA SUBSTANSIAL : Editor memperhatikan dat dan fakta agar tetap akurat dan benar.
Isi tulisan mudah dimengerti
1) Teknis
- Mencari kesalahan-kesalahan
faktual dan memperbaikinya, di antaranya kekeliruan salah tulis
tentang nama, jabatan, gelar, tanggal peristiwa, nama tempat, alamat, dan
sebagainya
- Memperbaiki kesalahan dalam penggunaan
tanda-tanda baca.
- Tegas dalam hal-hal seperti penggunaan huruf
besar dan singkatan, penggunaan gelar, tanda baca, ejaan, tata bahasa,
pemilihan jenis huruf untuk judul, dsb.
2) Non
Teknis
- Memperhatikan apakah naskah berita sudah
memenuhi nilai-nilai jurnalistik dan kriteria layak muat —aktual, faktual,
penting, dan menarik.
- Meneliti apakah naskah berita sudah menaati
doktrin kejujuran (fairness doctrine) serta asas keberimbangan (cover both
side). Jika belum, tugaskan kembali reporter untuk memenuhinya.
- Memperhatikan apakah opini, interpretasi,
atau penilaian wartawan lebih menonjol daripada fakta hasil liputan.
- Menjaga jangan sampai terjadi kontradiksi
dalam sebuah naskah.
- Menjaga jangan sampai terjadi penghinaan,
arti ganda, dan tulisan yang memuakkan (bad taste).
Lembaga atau
perusahaan pers
sebagaimana lembaga atau perusahaan pada umumnya,
memiliki organisasi yang terdiri dari berbagai macam jabatan. Jabatan-jabatan
tersebut disusun berdasarkan fungsi-fungsinya. Dan masing-masing jabatan
memiliki tugasnya masing-masing. Berikut ini bagan organisasi tersebut.
Diantara bagan tersebut
terdapat posisi vital yang dianggap sangat penting dalam suatu perusahaan atau
organisasi pers. Salah satunya adalah :
Editor/Redaktur
Editor/Redaktur
bertugas memberikan TOR/outline kepada reporter sesuai hasil rapat
redaksi. Setiap editor harus memberikan panduan teknis lapangan ke reporter
sebelum bertugas meliput suatu isu. Ini penting dilakukan, selain merupakan
garis besar outline, seorang redaktur bertanggungjawab terhadap
segala resiko yang bakal dialami reporter yang meliput isu yang diberikannya.
Setelah
laporan diselesaikan reporter, material laporan harus diperiksa kembali oleh
redaktur untuk mengetahui keakuratan laporan, seperti semua informasi yang
disuguhkan tak kurang, tak berlebihan, dengan sumber-sumber yang jelas, nama
lengkap, angka, waktu, jarak, ukuran, tempat.
Tak
ada larangan jika seorang redaktur harus turun ke lapangan untuk melakukan
peliputan, sebab sebagaimana idealnya; “jurnalis yang baik adalah jurnalis
yang tak berada di belakang meja. Jurnalis yang baik adalah jurnalis yang
merancang rencana liputannya di belakang meja dan melaksanakannya di lapangan”.
Seorang
redaktur tidak menggunakan sumber anonim “sumber yang layak dipercaya”,
“menurut sumber”dalam laporannya. Tidak pula menggunakan sumber dengan
astribusi, misal “seorang anggota TNI”, “pelaku perkosaan adalah anak
seorang petinggi Korem”.
SubEditor
Setelah
sampai di meja redaktur/editor, berita diteruskan melalui komputer pada
subeditor yang bertugas memeriksa akurasi penulisan berita. Bila ada yang perlu
ditanyakan, subeditor dapat memanggil reporter yang bersangkutan melalui
sekretaris redaksi atau langsung. Subeditor harus mempertimbangkan berbagai
persoalan hukum, seperti kemungkinan pencemaran nama baik, character
assassination (pembunuhan karakter orang lain), penghinaan terhadap
seseorang.
Jika
struktur tulisan dianggap perlu diperbaiki, subeditor bisa menulis ulang
(edit). Subeditor pun dapat mengurai panjang tulisan/narasi sesuai kebutuhan
kolom (cetak) dan durasi (elektronik).
Subeditor
harus menjamin gaya penulisan baik untuk artikel cetak maupun narasi, terjalin
dalam seluruh tulisan: menyusun headline (judul), caption (teks
foto), lead (teras berita) dan panel (teks
yang digunakan untuk menekankan gagasan penting dalam tulisan). Subeditor juga
dapat menentukan desain halaman sebagai bahan pertimbangan bagian design dan layout.
Redaktur
Pelaksana
Secara
teknis, peliputan di lapangan sampai di meja radaktur berada di bawah wewenang
redaktur pelaksana. Posisi ini sangat penting sebab berkenaan dengan bagaimana
mengatur dan menentukan alur peliputan semua reporter di lapangan dan redaktur
di kantor dalam penggarapan seusai rapat redaksi.
Seorang
redaktur pelaksana harus dapat berkomunikasi dengan baik dengan reporter di
lapangan. Harus dapat menjawab pertanyaan reporter atau membantu reporter jika
sewaktu-waktu mereka menemui kendala teknis di lapangan.
Jika
terjadi error operation, seorang redaktur pelaksana harus dapat
mempertanggungjawabkannya kepada penanggungjawab redaksi atau di hadapan rapat
evaluasi redaksi. Redaktur pelaksana adalah kendali dari mata reporter di
lapangan.
Sewaktu-waktu,
redaktur pelaksana harus dapat mengambilalih tugas reporter yang error
operation dan mengintruksikannya kepada reporter lainnya. Ia juga
harus dapat melakukan koordinasi dengan para redaktur kompartemen agar deadline tepat
waktu, sekaligus menjamin keberhasilan satu masa liputan yang usai dibahas di
meja rapat redaksi.
Seorang
editor dituntut mampu melakukan kegiatan penyuntingan setiap kali diperlukan
dan harus tahu serta dapat menentukan kapan kegiatan itu perlu dilakukan.
Berikut beberapa tugas pokok editor di meja sunting :
1.
mencoba menemukan sudut yang menarik dari berita dan menghubungkannya dengan
berita lain (jika ada) yang berkaitan langsung sehingga berita tersebut lebih
bermakna
2.
jika dianggap perlu, sang editor mengorganisir isi berita dalam presentasi yang
lebih menarik untuk para pembaca, misalnya dengan mengubah struktur berita
tanpa mengubah isi dan jiwa dari berita
3.
menyesuaikan style yang berlaku di lembaga yang menerbitkan
4.
menyesuaikan panjang berita dengan ruang yang tersedia dengan mempertahankan
intisari berita
5.
meneliti apakah ada fakta-fakta yang keliru atau yang kebenarannya kurang
meyakinkan sehingga harus mengadakan koreksi
6.
menyederhanakan dan memperbaiki tata-bahasa, supaya mudah ditangkap dan
difahami para pembaca
7.
menyederhanakan dan menjelaskan beberapa pengertian atau istilah untuk mencegah
timbulnya salah tafsir
8.
berikhtiar agar berita lebih obyektif, seimbang, fair dan secara hukum dapat
dipertanggungjawabkan
9.
mengubah nada berita jika dianggap perlu misalnya dengan mengganti kata-kata
yang bersifat absolut
10.
berusaha (jika dianggap perlu) untuk memperbaiki berita supaya tidak bertentangan
dengan tata kesopanan atau kebiasaan yang berlaku
Redaktur
(editor) sebuah penerbitan pers biasanya lebih dari satu. Tugas utamanya adalah
melakukan editing atau penyuntingan, yakni aktivitas penyeleksian dan perbaikan
naskah yang akan dimuat atau disiarkan. Di internal redaksi, mereka disebut
Redaktur Desk (Desk Editor), Redaktur Bidang, atau Redaktur Halaman karena
bertanggung jawab penuh atas isi rubrik tertentu dan editingnya. Seorang
redaktur biasanya menangani satu rubrik, misalnya rubrik ekonomi, luar negeri,
olahraga, dsb. Karena itu ia dikenal pula dengan sebutan “Jabrik” atau
Penanggung Jawab Rubrik.
Berikut ini
tugas seorang redaktur secara lebih terinci:
- Mengusulkan dan menulis suatu berita dan foto
yang akan dimuat untuk edisi mendatang
- Berkoordinasi dengan fotografer dan riset foto
dalam pengadaan foto untuk setiap penerbitan
- Membuat lembar penugasan atau Term Of Reference
(TOR) kepada para reporter dan fotografer
- Mengarahkan dan membina reporter dalam mencari
berita dan mengejar sumber berita
- Memberikan penilaian kepada reporter baik
penilaian kualitatif maupun kuantitatif.
- Memberikan laporan perkembangan kepada
atasannya yaitu Redaktur Pelaksana
Redaktur
Bahasa / Korektor Naskah
Seorang
Redaktur Bahasa / Korektor Naskah memiliki tugas sebagai berikut:
- Memeriksa,mengedit, dan menyempurnakan naskah
sesuai dengan penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar
- Menyesuaikan naskah yang sudah diedit dalam
bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jurnalistik
- Mengubah pengulangan kata-kata yang sama
dalam satu tulisan, sehingga kalimat dalam naskah menjadi bervariasi.
- Mengedit penggunaan logika bahasa, alur naskah
- Menyeragamkan style penulisan masing-masing
redaktur, sehingga gaya penulisan seluruh naskah menjadi sama
- Memeriksa naskah kata per kata,
penggunaan titik, koma, tanda seru, titik dua.
- Mengedit penggunaan kata yang berasal dari
bahasa asing, bahasa daerah, bahasa slank sehingga mudah dimengerti
pembaca.
Redaktur
Artistik
Bagian
Artistik memiliki tugas sebagai berikut:
- Merancang cover atau kulit muka
- Membuat dummy atau nomor contoh sebelum produk
di cetak dan dijual ke pasar
- Mendesain dan melay out setiap halaman dengan
naskah, foto, dan angka-angka
- Mengatur peruntukan halaman untuk naskah
- Menulis judul berita,anak judul, caption
foto, nama penulis pada setiap naskah
- Menulis nomor halaman, nama rubrik/desk, nomor
volume terbit, hari terbit, dan tanggal terbit pada setiap edisi
Tugas-tugas editor:
Ada 3 (tiga) tugas utama dari seorang
editor: mencari, memperbaiki dan menerbitkan naskah atau tulisan atau gambar.
Editor beroperasi sebagai penerbit,
artinya editor harus terlibat dalam semua aspek
Editor dalam media apapun sama, cuma
tergantung dia masuk ke jenisnya apa, #JobDeskEditor
Jenjang karir editor ada 5 (lima) macam: Copy Editor, Editor,
Senior Editor, Managing Editor, Chief Editor.
Copy Editor hanya memiliki kewenangan terhadap teknis
suatu penulisan naskah, misal kesalahan ejaan, bahasa, fakta, data, dan
lain-lain,
Editor adalah seseorang yang melakukan penyuntingan seperti Editor Film,
Editor Suara, Redaktur (Editor Tulisan),
Editor Senior memainkan peran banyak
kunci untuk memastikan bahwa publikasi kualitas
tertinggi diciptakan.Senior editor bertanggung jawab untuk
administrasi, menulis, merancang dan distribusi.
Managing Editor adalah Seorang redaktur
pelaksana adalah anggota senior dari tim
manajemen sebuah publikasi.
Editor-in-chief (Kepala Redaksi) adalah kepala utama publikasi ini, memiliki tanggung jawab akhir untuk semua operasi dan
kebijakan. Dia memimpin semua departemen organisasi. Selain itu, editor-in-chief yang bertanggung jawab untuk mendelegasikan tugas kepada
anggota staf serta menjaga dengan waktu yang
dibutuhkan mereka untuk menyelesaikantugas mereka. Istilah
ini umumnya diterapkan untuk koran, majalah, buku tahunan, dan
program berita televisi. Istilah ini juga diterapkan
pada jurnal akademik, di mana editor-in-chiefakhirnya memutuskan
apakah naskah diserahkan akanditerbitkan dalam
jurnal. Keputusan ini dibuat oleh redaksi-setelah mencari
masukan dari reviewer dipilih atas dasarkeahlian yang
relevan. Tanggung jawab khas editor-in-chief mencakup:
Palang pengecekan fakta, ejaan, tata bahasa, menulis
halamangaya desain, dan foto;
Menolak tulisan yang tampaknya menjiplak, hantu-ditulis oleh editor lainnya sub-, atau diterbitkan sebelumnya di tempat lain;
Menolak tulisan yang tampaknya menjiplak, hantu-ditulis oleh editor lainnya sub-, atau diterbitkan sebelumnya di tempat lain;
·
Mengedit konten tersebut;
·
Berkontribusi potongan editorial;
·
Memotivasi dan mengembangkan staf editorial;
·
Memastikan draft akhir selesai dan
daerah tidak kosong;
·
Penanganan keluhan pembaca dan mengambil tanggung jawab untuk
masalah yang dihasilkan, dan Untuk buku-buku atau jurnal, silang kutipan dan
memeriksareferensi.
Tugas editor kepada penulis berita.
- Meminta penulis mengirimkan tulisan tentang
kreasi atau pemikiran-pemikiran mereka,
- Memperbaiki tulisan penulis agar pembaca bias
mengerti apa yang mau disampaikan penulis,
- Mengedit naskah yang telah diubah sesuai dengan
bahasa EYD (Ejaan Yang Disesuaikan) ataupun bahasa
yang sesuai dengan standarisasi penerbit,
- Setelah pengeditan naskah selesai, memasukan
semua foto atau gambar serta naskah yang sudah di edit kebagian design
grafis ( atau biasa disebut SETTER ). Setter bertugas membuat
“Layout”,
- Lalu mengirimkan naskah yg sudah di
layout tersebut kepada penulis, karena biasanya ada perubahan-perubahan
redaksional dari penulis,
- Ketika penulis approve atau setuju dengan
layout dan redaksionalnya. Maka naskah tersebut dikirim kembali ke
“REPDEL” (Pimpinan Redaksi) untuk approval tata bahasannya,
- Setelah approve hasil layout akan masuk ke
dalam bagian produksi, untuk dibuat sparasi filmnya, \
- Setelah selesai editor harus memastikan
film-film tersebut tidak blur atau sudah siap cetak,
- Setelah selesai film tersebut diberikan
kebagian “Percetakan”
- Tugas terpentingnya adalah mengedit
tulisan sesuai dengan tata bahasa yang digunakan Penerbit,
- Membiarkan penulis menulis sesuai dengan
ideology atau pemikiran masing-masing,
- Lalu memastikan bahwa tulisan penulis
tidak menyangkut SARA atau apapun yang dapat merugikan Penerbit,
- Serta mengkoordinasikan tulisan penulis
kepada pimpinan redaksi penerbit apabila tulisan tersebut sedikit
controversial, karena tidak menutup kemungkinan tulisan tersebut akan
tetap dibukukan untuk kepentingan komersil.
PROSES
KERJA JURNALISTIK
- Rapat
Redaksi
- Repotase
- Penulisan
Berita
- EDITING:
proses memeriksa kembali naskah/tulisan untuk menyempurnakan tulisan,
yang menyangkut ejaan, gaya bahasa, kelengkapan data, efektivitas kalimat,
dan sebagainya. Pelaku disebut editor atau redaktur
- Setting
dan Lay Out: proses pemilihan Setting
merupakan proses pengetikan naskah yang menyangkut pemilihan jenis dan
ukuran huruf. Sedangkan
layout merupakan penanganan tata letak dan penampilan fisik penerbitan
secara umum. Setting dan layout merupakan
tahap akhir dari proses kerja jurnalistik. Setelah proses ini selesai,
naskah dibawa ke percetakan untuk dicetak sesuai oplah yang ditentukan.
PROSES EDITING (MENYUNTING NASKAH)
A.
PENYUNTINGAN
SECARA REDAKSIONALà Editor
memeriksa tiap kata dan kalimat agar logis, mudah dipahami, dan tidak rancu
(benar ejaan, punya arti, dan enak dibaca).
B.
PENYUNTINGAN
SECARA SUBSTANSIAL à Editor
memperhatikan dat dan fakta agar tetap akurat dan benar. Isi tulisan mudah
dimengerti. Sistematika harus tetap terjaga.
KEGIATAN
EDITING
- Memperbaiki
kesalahan-kesalahan faktual.
- Menghindari
kontradiksi dan mengedit berita untuk diperbaiki.
- Memperbaiki keaslahan ejaan (tanda baca,
tatabahasa, angka, nama, dan alamat).
- Menyesuaikan gaya bahasa dengan gaya surat kabar
bersangkutan.
- Mengetatkan tulisan (meringkas beberapa kalimat
menjadi satu atau dua kalimat yang memiliki kejelasan makna serupa).
- Menghindari
dari unsure-unsur penghinaan, arti ganda, dan tulisan yang memeuakkan (bad
taste).
- Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi
(missal, anak judul/subjudul).
- Menulis
judul yang menarik.
- Menulis
keterangan gambar/caption untuk gambar/foto dan pekerjaan lain yang
bersangkutan dengan cerita yang disunting.
- Menelaah kembali hasil tulisan yang telah
dicetak, mungkin masih terdapat kesalahan secara redaksional dan
substansial.
FOKUS EDITOR
1.
Sadar akan latar
belakang para pembaca (umur, taraf
hidup, dan gaya hidup) sehingga naskah diharapkan sesuai dengan latar belakang
itu.
- Tegas
- Memperbaiki tulisan tanpa merusak cara penulis
memaparkan pendapatnya.
- Haiti-hati
dengan iklan terselubung yang masuk dalam tulisan.
JIWA REDAKTUR
- Memiliki
wawasan luas à
ilmu jurnalistik.
- Berkepala dingin, sanggup bekerja dalam suasana
tergesa-gesa dan rumit, tanpa menderita perasaan tertekan.
- Cermat,
hati-hati, tekun, dan tegas.
- elihat sesuatu dari sudut pandang pembaca
(berorientasi pada kepentingan pembaca)
PRINSISP DASAR BAHASA JURNALISTIK/PERS
Fungsi à bahasa komunikasi massa à harus jelas dan mudah dibaca dengan tingkat ukuran
intelektual minimal. Menurut JS Badudu (1988) bahasa
jurnalistik memiliki sifat-sifat khas di antaranya:
1.
Singkat, artinya bahasa
jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.
2.
Padat, artinya bahasa
jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Menerapkan prinsip 5 wh, membuang kata-kata mubazir
dan menerapkan ekonomi kata.
3.
Sederhana,
memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang,
rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian
kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya (bombastis)
4.
Lugas,
artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi
secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga .
5. Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang
masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari
kata-kata yang sudah mati.
Terdapat empat prinsip retorika
tekstual yang dikemukakan Leech, yaitu
prinsip prosesibilitas, prinsip kejelasan, prinsip ekonomi, dan prinsip
ekspresifitas.
1. Prinsip
prosesibilitas,
menganjurkan agar teks disajikan sedemikian rupa sehingga mudah bagi pembaca
untuk memahami pesan pada waktunya. Dalam proses memahami pesan penulis harus
menentukan (a) bagaimana membagi pesan-pesan menjadi satuan; (b) bagaimana
tingkat subordinasi dan seberapa pentingnya masing-masing satuan, dan (c)
bagaimana mengurutkan satuan-satuan pesan itu. Ketiga
macam itu harus saling berkaitan satu sama lain.
Penyusunan bahasa jurnalistik dalam surat kabar
berbahasa Indonesia, yang menjadi fakta-fakta harus cepat dipahami oleh pembaca
dalam kondisi apa pun agar tidak melanggar prinsip prosesibilitas ini. Bahasa
jurnalistik Indonesia disusun dengan struktur sintaksis yang penting mendahului
struktur sintaksis yang tidak penting
Perhatikan contoh berikut:
Pangdam VIII/Trikora Mayjen
TNI Amir Sembiring mengeluarkan perintah tembak di tempat, bila masyarakat yang
membawa senjata tajam, melawan serta tidak menuruti permintaan untuk
menyerahkannya. Jadi petugas akan meminta dengan baik. Namun jika bersikeras
dan melawan, terpaksa akan ditembak di tempat sesuai dengan prosedur (Kompas,
24/1/99)
Contoh (1) terdiri dari dua kalimat, yaitu
kalimat pertama menyatakan pesan penting dan kalimat kedua menerangkan pesan
kalimat pertama.
Prinsip kejelasan, yaitu agar teks itu mudah dipahami.
Prinsip ini menganjurkan agar bahasa teks menghindari ketaksaan (ambiguity).
Teks yang tidak mengandung ketaksaan akan dengan mudah dan cepat dipahami.
Perhatikan Contoh:
(1)
Ketika mengendarai mobil dari rumah menuju kantornya di
kawasan Sudirman, seorang pegawai bank, Deysi Dasuki, sempat tertegun mendengar
berita radio. Radio swasta itu mengumumkan bahwa kawasan Semanggi sudah penuh
dengan mahasiswa dan suasananya sangat mencekam (Republika, 24/11/98 )
(2)
Wahyudi menjelaskan, negara rugi karena pembajak buku
tidak membayar pajak penjualan (PPN) dan pajak penghasilan (PPH). Juga pengarang, karena mereka tidak
menerima royalti atas karya ciptaannya. (Media Indonesia, 20/4/1997).
Contoh (3) dan (4) tidak
mengandung ketaksaan. Setiap pembaca akan menangkap pesan yang sama atas teks
di atas. Hal ini disebabkan teks tersebut dikonstruksi oleh kata-kata yang
mengandung kata harfiah, bukan kata-kata metaforis.
Prinsip ekonomi. Prinsip agar teks itu singkat tanpa harus merusak
dan mereduksi pesan. Ketua DPP PPP Drs. Zarkasih Noer menyatakan, segala bentuk
dan usaha untuk menghindari disintegrasi bangsa dari mana pun atau siapa pun
perlu disambut baik (Suara Pembaruan, 21/12/98.
Prinsip ekspresivitas. Prinsip ini dapat pula disebut prinsip
ikonisitas. Prinsip ini menganjurkan agar teks dikonstruksi selaras dengan
aspek-aspek pesan. Dalam wacana jurnalistik, pesan bersifat kausalitas
dipaparkan menurut struktur pesannya, yaitu sebab dikemukakan terlebih dahulu
baru dikemukakan akibatnya. Demikian pula bila ada peristiwa yang terjadi
berturut-turut, maka peristiwa yang terjadi lebih dulu akan dipaparkan lebih
dulu dan peristiwa yang terjadi kemudian dipaparkan kemudian.
Dalam situasi bangsa yang sedang kritis dan
berada di persimpangan jalan, karena adanya benturan ide maupun paham politik,
diperlukan adanya dialog nasional. “Dialog diperlukan untuk mengubur masa lalu,
dan untuk start ke masa depan”. Tutur
Prof. Dr. Nurcholis Madjid kepada Kompas di kediamannya di Jakarta Rabu (23/12)
(Kompas, 24/12/98).
Pada contoh tampak bahwa kalimat
pertama menyatakan sebab dan kalimat kedua mendatangkan akibat.
Pemakaian Kata, Kalimat dan Alinea
Bahasa
jurnalistik juga mengikuti kaidah bahasa Indonesia baku. Namun pemakaian bahasa
jurnalistik lebih menekankan pada daya kekomunikatifannya. Para pembelajar BIPA
tingkat lanjut dapat mempotensikan penggunaan bahasa Indonesia ragam
jurnalistik dengan beberapa usaha.
1. Pemakaian kata-kata yang bernas.
Kata merupakan modal dasar dalam menulis. Semakin banyak kosakata yang dikuasai
seseorang, semakin banyak pula gagasan yang dikuasainya dan sanggup
diungkapkannya.
Dalam penggunaan kata, penulis yang
menggunakan ragam BI Jurnalistik diperhadapkan pada dua persoalan yaitu
ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Ketepatan mempersoalkan apakah pilihan
kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak menimbulkan
interpretasi yang berlainan antara penulis dan pembaca. Sedangkan
kesesuaian mempersoalkan pemakaian kata yang tidak merusak wacana.
2.
Penggunaan kalimat efektif. Kalimat dikatakan efektif
bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung sempurna.
Kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan itu tergambar
lengkap dalam pikiran si pembaca, persis apa yang ditulis. Keefektifan kalimat
ditunjang antara lain oleh keteraturan struktur atau pola kalimat. Selain
polanya harus benar, kalimat itu harus pula mempunyai tenaga yang menarik.
3. Penggunaan alinea/paragraf yang
kompak. Alinea merupakan suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih
tinggi atau lebih luas dari kalimat. Setidaknya dalam satu alinea terdapat satu
gagasan pokok dan beberapa gagasan penjelas.
Pembuatan alinea bertujuan memudahkan pengertian dan pemahaman dengan
memisahkan suatu tema dari tema yang lain.
Sebelum menjelaskan proses produksi surat
kabar yang lebih jauh, perlu diketahui apa yang dimaksud surat kabar
dan surat kabar analog. Surat kabar analog adalah lembaran-lembaran yang
tercetak dan tidak terjilid, terbit secara teratur yang isinya berkisar pada
produk jurnalistik dan non jurnalistik, akan tetapi surat kabar isinya lebih
dominan pada berita hard news. Untuk memproduksi sebuah surat kabar dimulai
dari rapat produksi atau rapat perencanaan. Rapat ini mempunyai fungsi untuk
mempersiapkan perencanaan liputan harian ini untuk terbitan esok hari. Yang
menghadiri rapat ini biasanya pimred dan para redaktur. Tahap kedua adalah
pembuatan surat penugasan, hal ini dilakukan oleh redaktur untuk reporter atau
wartawan dalam mencari berita guna mengetahui apa yang harus diliput para
wartawan dan reporter. Tahap ketiga adalah pemberian tugas kepada reporter.
Para redaktur memberi tugas kepada para wartawan terantung masing – masing
bidang yang akan diliput seperti ekonomi, politik, dan olah raga. Proses
pembuatan surat kabar pada tahap yang ke empat adalah para reporter menjalankan
tugas sebagai pencari berita di lapangan. Tahap yang ke lima adalah, setelah
berita di lapangan terkumpul mulailah pembuatan naskah untuk isi surat kabar.
Naskah tersebut kemudian di berikan kepada redaktur. Tahap yang ke enam adalah
proses seleksi dan editing. Hasil naskah liputan para reporter dan wartawan
diseleksi dan di edit oleh redaktur. Serta dikoreksi oleh kerektor sebelum
dilanjutkan ke proses pembuatan dummy. Tahap selanjutnya adalah proses pembuatan
dummy, ini dilakukan oleh redaktur setelah melewati proses seleksi dan editing,
serta dilakukan oleh redaktur layout. Dan ini merupakan dua tahap terakhir
yaitu proses pencetakan. Setelah disetujui oleh redaktur naskah tersebut
dicetak agar menjadi surat kabar. Yang terakhir adalah rapat evaluasi rapat ini
dilakukan oleh jajaran pemimpin redaksi.
Bagaimana proses distribusi surat kabar
analog?
Setelah surat kabar selesai dicetak maka surat
kabar tersebut siap untuk diterbitkan atau di distribusikan ke berbagai
penyalur dari yang terbesar sampai yang terkecil. Pendistribusian surat kabar
adalah dengan menyebarkan ke berbagai daerah. Surat kabar tersebut diecer ke
berbagai toko buku atau loper koran. Loper koran adalah penyalur distribusi
kecil yang menjual surat kabar analog yang berbentuk bacaan yang tercetak.
Bagaimana proses konsumsi surat kabar analog
di masyarakat?
Proses konsumsi surat kabar analog di
masyarakat adalah diawali dengan rasa keingin tahuan akan berita apa yang
sedang terjadi. Selanjutnya masyarakat membeli surat kabar tersebut seperti
membeli koran, majalah, dan lain lain. Untuk masyarakat menengah kebawah mereka
biasa membeli surat kabar analog karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
membeli alat komunikasi untuk dapat mengakses berita – berita yang sedang
terjadi. Tetapi ada sebagian orang yang mampu juga membeli surat kabar analog
dengan alasan tertentu.
Bagaimana proses produksi surat kabar digital?
Surat kabar digital merupakan bacaan yang
berupa berita yang tidak tersedia di media cetak. Surat kabar digital hana
menggunakan alat teknologi komunikasi yang canggih untuk mengunduhnya atau
mengaksesnya. Proses surat kabar digital diperlukan kemampuan dalam bermain
teknologi. Dan proses dari produksi surat kabar digital tidak serumit dengan
proses surat kabar analog. Proses produksi surat kabar digital meliputi
beberapa tahap. Tahap pertama pencarian berita, pencarian berita bisa dilakukan
oleh siapa saja. Lalu penulisan naskah di komputer kemudian disini lah
kemampuan para pengeditor dilihat seberapa kreatif mereka dalam membuat surat
kabar digital. Hal ini sangat diperhatikan karena untuk membuat para pembaca
merasa tertarik. Selanjutnya setelah selesai, para pembaca surat kabar digital
dapat mengakses nya di situs atau websites terntentu.
Bagaimana proses distribusi surat kabar
digital?
Untuk dapat mendistribusikan surat kabar
digital para pembuat surat kabar tersebut perlu membuat sebuah web. Tidak semua
orang memiliki kemampuan dalam membuat account sperti itu. Lalu kemudian si
pembuat dapat menyebarluaskan bacaan – bacaan yang berisi berita ke seluruh
dunia dengan menakses web yang telah dibuat. Surat kabar digital lebih cepat
terbit dibandingkan dengan surat kabar analog karena tidak melewati proses
pencetakan dan sebagainya. Walaupun proses distribusi surat kabar digital tidak
serumit surat kabar analog akan tetapi sangat dibutuhkan ketangkasan dalam hal
menulis berita agar tida kalah saing dengan surat kabar analog seperti majalah,
koran, dan lain – lain.
Bagaimana proses konsumsi surat kabar digital
oleh masyarakat?
Setelah si pembuat berita memasukan apa yang
ia buat dapatlah masyarakat dapat mengunduk berita tersebut. Proses konsumsi
surat kabar digital lebih banyak di nikmati oleh masyarakat yang memiliki
teknologi komunikasi yang canggih yang dapat mengakses berbagai berita – berita
yang sedang terjadi. Dan juga dibutuhkan hardware seperti modem untuk masuk ke
dalam dunia maya. Biaya yang dibutuhkan untuk membeli hardware yang dibutuhkan
dalam mengakses berita di surat kabar digital mungkin lebih banyak tetapi dalam
peggunaannya bukan hanya untuk mengakses surat kabar tetai masyarakat dapat
mengakses situs – situs lain dlaam menambah wawasan.
Pada mulanya kegiatan jurnalistik berkisar pada hal-hal yang sifatnya
informatif saja. Ini terbukti pada Acta Diurna sebagai produk jurnalistik
pertama pada jaman Romawi, ketika Kaisar Julius Cesar berkuasa. Dalam
perkembangan masyarakat selanjutnya, surat kabar sebagai sarana jurnalistik dan
dapat mencapai khalayak secara massal itu oleh kaum idealis digunakan untuk
melakukan kontrol sosial. Sehingga surat kabar yang tadinya merupakan journal
d’information, yang hanya menyebarkan informasi, menjadi journal d’opinion,
yang menyebarkan pesan-pesan untuk mempengaruhi masyarakat. Dengan kemajuanilmu
pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, menghasilkan radio dan televisi,
jurnalistik menjadi semakin luas. Karena tidak lagi mengelola laporan harian
untuk sarana surat kabar, tapi juga untuk sarana radio dan televisi tadi.
Ketika siaran radio muncul di tengah-tengah masyarakat Amerika Serikat
pada dekade 1920 – 1930, sempat terjadi apa yang dinamakan mereka The Press
Radio War, perang antara pers dan radio. Pers pada waktu itu merasa disaingi
oleh kecepatan radio dalam menyiarkan berita. Radio menyiarkan berita setiap
jam sekali, sedangkan surat kabar setiap 24 jam sekali. Sehingga berita surat
kabar menjadi basi. Dalam situasi yang dirasakan gawat oleh pers pada waktu
itu, pers memboikot dengan menghentikan pemberitaan mengenai radio dan mengadakan
tekanan kepada kantor-kantor untuk menghentikan penjualan berita kepada stasiun
radio. Tapi pihak radio tidak tinggal diam. Didirikanlah Columbia News Service,
sebuah kantor berita yang mengusahakan bahan berita khusus untuk beberapa
stasiun radio.
Pada akhirnya perang antara pers dan radio itu berhenti dengan sendirinya. Karena kedua jenis media massa itu pada umumnya dimiliki oleh seorang pengusaha.
Pada akhirnya perang antara pers dan radio itu berhenti dengan sendirinya. Karena kedua jenis media massa itu pada umumnya dimiliki oleh seorang pengusaha.
Demikian pula munculnya siaran televisi di masyarakat, yang juga
menyiarkan berita – bahkan lebih mempesona sebab sifatnya audio visual – tidak
menimbulkan ketegangan seperti pernah terjadi tatkala radio muncul. Tidak
terjadinya perang pers-radio-televisi lantaran stasiun-stasiun televisi umumnya
dimiliki oleh pengusaha surat kabar. Jelas tidak akan terjadi ketegangan jika
surat kabar, stasiun radio dan televisi itu sekaligus dimiliki oleh satu orang.
Walaupun begitu, siaran radio dan televisi sebagai media elektronik telah
menimbulkan pengaruh cukup bararti terhadap jurnalistik surat kabar sebagai media
cetak. Seperti telah disinggung di muka, dalam penyiaran berita, surat kabar
kalah cepat oleh radio dan televisi. Karena itu, para wartawan surat kabar
berusaha mengubah teknik pengolahan berita dengan tujuan agar khalayak pembaca
tetap tertarik dan memerlukannya, meskipun berita yang disiarkannya telah
diketahui lebih dulu dari radio atau televisi. Sehingga dalam pelayanannya
kepada masyarakat saling mengisi.
Demikian pula wartawan majalah, media cetak yang terbitnya seminggu
sekali, berusaha mengubah teknik pemberitaannya. Dengan harapan tetap dapat
memenuhi keinginan dan keperluan pembacanya yang kurang atau tidak dipenuhi
oleh surat kabar, radio dan televisi. Revolusi teknologi menghasilkan penyempurnaan alat percetakan yang mampu
mengubah kecepatan menyusun huruf bagi bahan berita, dan mengingkatkan
kecepatan mencetak surat kabar menjadi berlipat ganda. Dalam pada itu ilmu pun
telah berkembang, sehingga jurnalistik dijadikan objek studi secara ilmiah.
Ilmu yang paling tepat mempelajari dan meneliti kegiatan jurnalistik adalah
ilmu komunikasi.
PENGENALAN EDITING MEDIA TV
DAN MEDIA ONLINE
Editor
Editor
Editing dilakukan agar memperoleh hasil akhir/final dari proses [roduksi
agar siap disiarkan sebagai program televisi. Editing dibuat dengan keahlian
dan rasa seni yang baik dapat merupakan kreativitas penting bagi kontribusi
produksi.
Dalam TV editing terdapat 3 macam editing:
- Video switching pada saat rekaman dengan
production switcher.
- Post-production videotape editing.
- Film editing.
Pada dasarnya mekanisme editing berhubungan dengan :
- “moment” yang dipilih untuk berpindah dari satu
adegan ke adegan lainnya.
- “bagaimana” membuat perpindahan (cut, mix) dan
“kecepatan” dari perpindahan.
- “maksud” dari adegan-adegan dan
- “durasi”
Oleh karena itu editing mempunyai manfaat antara lain:
- Memindahkan pusat perhatian, menuntun perhatian
kepada aspek dari subjek atau adegan.
- Menekankan atau menahan suatu informasi.
- Tujuan dan durasi adegan dapat menyebabkan
bagaimana audience menafsirkan atau bereaksi terhadapnya.
Pengertian Editing
Editing adalah pekerjaan memotong-motong dan merangkai (menyambung)
potongan-potongan gambar sehingga menjadi film berita yang utuh dan dapat
dimengerti. Post production atau disebut juga bagian editing, merupakan bagian
yang akan mensortir hasil-hasil shooting, baik drama maupun non-drama.
Pasca produsi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing offline, editing online,
dan mixing :
1. Editing offline
Setelah shooting selesai, script
boy/girl membuat logging, yatiu mencatat kembali semua
hasil shootingberdasarkan catatan shooting dan
gambar. Di dalam logging time code (nomor kode yang
berupa digit frame, detik, menit, dan jam dimunculkan dalam gambar)
dan hasil pengambilan setiap shoot dicatat. Kemudian
berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar
yang disebut editing offline. Sesudah editingkasar ini
jadi, reporter membuat naskah yang dilengkapi dengan uraian narasi, timecode,
dan bagaian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik.
2. Editing online
Berdasarkan naskah editing, editor
mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan
adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan time-code dalam
naskah editing. Demikian pula sound asli
dimasukkan dengan level yang seimbang dan sempurna. Setelah editing online ini
siap, proses berlanjut denganmixing.
3. Mixing (pencampuran gambar dengan suara)
Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang
juga sudah direkam, dimasukkan ke dalam pita hasil editingonline sesuai
dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing.
Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi dan
musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan
terdengar jelas. Sesudah proses mixing ini boleh dikatakan
bagian yang penting dalam post-production sudah selesai.
A. JURNALISME
ONLINE
Media
online adalah media massa yang dapat kita temukan di internet. Sebagai media
massa media online juga menggunakan kaidah – kaidah jurnalistik dalam sistem
kerja.
Jurnalistik online muncul ketika
Mark Drugle membeberkan cerita perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill
Clinton dengan Monica Lewinsky. Karena dengan melalui internet semua orang yang
mengakses internet segera mengetahui rincian cerita tersebut. Itulah
awal mula merebaknya jurnalisme online dan mulai dikenalnya jurnalisme online.
Jurnalisme
online merupakan proses penyampaian informasi dengan menggunakan media
internet. Menurut Laquel lahirnya Arpanet, asal mula internet adalah
terciptanya suatu ledakan tidak terduga di tahun 1969, yaitu dengan lahirnya
Arpanet suatu proyek eksperimen Kementrian Pertahanan Amerika Serikat bernama
DARPA.
Berkaitan dengan tingkat
kredibilitas atas berita yang ada pada jurnalisme online tampaknya sulit
dipastikan. Yang jelas, kesalahan pemberitaan munkin saja dapat terjadi. Semua
media mempunyai kemungkinan kesalahan. Tidak mungkin jurnalisme online bebas
dari kesalahan.
B.
Pengertian Media Online
- Media online (online
media) adalah media massa yang tersaji secara online di situs web (website) internet.
- Media online adalah media massa ”generasi ketiga” setelah media cetak (printed media) –koran, tabloid, majalah, buku-- dan media elektronik (electronic media) –radio, televisi, dan film/video.
- Media Online merupakan produk jurnalistik online. Jurnalistik online –disebut juga cyber journalisme– didefinisikan sebagai “pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet” (wikipedia).
4.
Secara teknis atau ”fisik”,
media online adalah media berbasis telekomunikasi dan multimedia (komputer dan
internet). Termasuk kategori media online adalah portal, website (situs web,
termasuk blog), radio online, TV online, dan email.
5. Isi media online terdiri: Teks,
Visual/Gambar, Audio, dan Audio-Visual (Video)
Online journalism atau lebih dikenal dengan nama jurnalisme online lahir pada tanggal
19 Januari 1998, ketika Mark Drugde membeberkan cerita perselingkuhan Presiden
Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica Lewinsky atau yang sering disebut “monicagate”.
Ketika itu, Drugde berbekal sebuah laptop dan modem, menyiarkan berita tentang
“monicagate” melalui internet. Semua orang yang mengakses internet
segera mengetahui rincian cerita “monicagate”. Itulah awal mula
munculnya jurnalisme online.
Kasus itu juga mirip ketika menjelang keruntuhan pemerintahan Orde Baru
Soeharto, 1998. Saat itu, semua media dalam cengkeraman dan pengawasan ketat
pemerintahan Orde Baru. Ketatnya pengawasan itu mengakibatkan munculnya media
alternative melalui internet. Saat itu semua berita mengenai kebobrokan Orde
Baru disebarkan melalui media online seperti melalui internet oleh aktivis pro
demokrasi sepertir (kdpnet@activist.com atau kdp@usa.net).
Jurnalisme Online
Jurnalisme dalam KBBI disebut sebagai pekerjaan mengumpulkan,
menulis, mengedit, dan melaporkan berita kepada khalayak. Dalam
perkembangannya, media penyampaian berita kepada pembaca tidak hanya terbatas
pada surat kabar. Tetapi seiring perkembangan teknologi, kini arah perkembangan
media menuju persaingan media online. Media online bisa menampung berita teks,
image, audio dan video. Berbeda dengan media cetak, yang hanya menampilkan teks
dan image. ”Online” sendiri merupakan bahasa internet yang berarti informasi
dapat diakses di mana saja dan kapan saja selama ada jaringan internet.
Jurnalisme online ini merupakan perubahan baru dalam ilmu jurnalistik. Laporan
jurnalistik dengan menggunakan teknologi internet, disebut dengan media online,
yang menyajikan informasi dengan cepat dan mudah diakses di mana saja. Dengan
kata lain, berita saat ini bisa di baca saat ini juga, di belahan bumi mana
saja. Menurut Satrio Arismunandar (2006), orang yang memproduksi content
terutama untuk Internet, dan khususnya untuk World Wide Web, dapat dianggap
bekerja untuk salah satu atau lebih dari empat jenis Jurnalisme Online yang
tersebut di bawah ini. Berbagai jenis jurnalisme online itu dapat ditempatkan
di antara dua domain.
Domain
pertama, adalah suatu rentangan, mulai dari situs yang berkonsentrasi pada
editorial content sampai ke situs-situs Web yang berbasis pada konektivitas
publik (public connectivity). Editorial content diartikan di sini sebagai teks
(termasuk kata-kata yang tertulis atau terucapkan, gambar-gambar yang diam atau
bergerak), yang dibuat atau diedit oleh jurnalis. Sedangkan konektivitas publik
dapat dipandang sebagai komunikasi ”titik-ke-titik yang standar” (standard
point-to-point). Atau, bisa juga kita nyatakan sebagai komunikasi ”publik”
tanpa perantaraan atau hambatan (barrier of entry), misalnya, hambatan dalam
bentuk proses penyuntingan (editing) atau moderasi (moderation). Domain kedua, melihat pada tingkatan komunikasi partisipatoris, yang
ditawarkan oleh situs berita bersangkutan. Sebuah situs dapat dianggap terbuka
(open), jika ia memungkinkan pengguna untuk berbagi komentar, memposting,
mem-file (misalnya: content dari situs tersebut) tanpa moderasi atau
intervensi penyaringan. Sedangkan komunikasi partisipatoris
tertutup (closed) dapat dirumuskan sebagai situs di mana pengguna mungkin
berpartisipasi. Namun langkah komunikatif mereka harus melalui kontrol
editorial yang ketat. Berikut ini empat jenis jurnalisme online yang
dikemukakannya:
1. Mainstream News sites
Bentuk media berita online yang paling tersebar luas adalah situs
mainstream news. Situs ini
menawarkan pilihan editorial content, baik yang disediakan oleh
media induk yang terhubung (linked) dengannya atau memang sengaja diproduksi
untuk versi Web. Tingkat komunikasi partisipatorisnya adalah cenderung tertutup
atau minimal. Contoh: situs CNN, BBC, MSNBC, serta berbagai suratkabar online.
Situs berita semacam ini pada dasarnya tak punya perbedaan mendasar dengan
jurnalisme yang diterapkan di media cetak atau siaran, dalam hal penyampaian
berita, nilai-nilai berita, dan hubungan dengan audiences. Di Indonesia, yang
sepadan dengan ini adalah detik.com, Astaga.com, atau Kompas Cyber Media.
2. Index & Category sites
Jenis jurnalisme ini sering dikaitkan dengan mesin pencari (search
engines) tertentu (seperti Altavista atau Yahoo), perusahaan riset pemasaran
(seperti Moreover) atau agensi (Newsindex), dan kadangkadang bahkan individu
yang melakukan usaha (Paperboy). Di sini, jurnalis online menawarkan links yang
mendalam ke situs-situs berita yang ada di manapun di World Wide Web. Links
tersebut kadangkadang dikategorisasi dan bahkan diberi catatan oleh tim
editorial. Situs-situs semacam ini umumnya tidak menawarkan banyak editorial
content yang diproduksi sendiri, namun terkadang menawarkan ruang untuk
chatting atau bertukar berita, tips dan links untuk publik umum.
3. Meta & Comment sites
Ini adalah situs tentang media berita dan isu-isu media secara
umum. Kadang-kadang dimaksudkan sebagai pengawas media (misalnya: Mediachannel,
Freedomforum, Poynter’s Medianews). Kadang-kadang juga dimaksudkan sebagai
situs kategori dan indeks yang diperluas (seperti: European Journalism Center
Medianews, Europemedia). Editorial content-nya sering diproduksi oleh berbagai
jurnalis dan pada dasarnya mendiskusikan content lain, yang ditemukan di
manapun di Internet. Content semacam itu didiskusikan dalam kerangka proses
produksi media. ”Jurnalisme tentang
jurnalisme” atau meta-journalism semacam ini cukup menjamur.
4. Share & Discussion sites
Ini merupakan situs-situs yang mengeksploitasi tuntutan publik
bagi konektivitas, dengan menyediakan sebuah platform untuk mendiskusikan
content yang ada di manapun di Internet. Dan kesuksesan Internet pada dasarnya
memang disebabkan karena publik ingin berkoneksi atau berhubungan dengan orang
lain, dalam tingkatan global yang tanpa batas. Situs semacam ini bisa dibilang
memanfaatkan potensi Internet, sebagai sarana untuk bertukar ide, cerita, dan
sebagainya. Kadang-kadang dipilih suatu tema spesifik, seperti: aktivitas
anti-globalisasi berskala dunia (situs Independent Media Centers, atau umumnya
dikenal sebagai Indymedia), atau berita-berita tentang komputer (situs
Slashdot).
Jurnalisme
masa depan
Jurnalisme online layak disebut dengan jurnalisme masa depan.
Karena perkembangan teknologi memungkinkan orang membali perangkat pendukung
akses internet praktis seperti notebook atau netbook dengan harga
murah. Apalagi kalau koneksi internet mudah diperoleh secara terbuka seperti
hotspot (WiFi) di ruang-ruang publik. Sehingga minat masyarakat terhadap media
bisa bergeser dari media cetak ke media online. Hal itupun sekarang mulai
terjadi. Bahkan beberapa media cetak besar di Amerika Serikat, seperti kelompok
Chicago Tribune, mulai merugi dan terancam gulung tikar. Karena masyarakat
mulai beralih ke media online.
Cyber media
dan perkembangan teknologi komunikasi
Perkembangan media tidak lepas dari perkembangan teknologi
komunikasi. Kalau dulu orang hanya mengenal media cetak dan elektronik
(televisi dan radio), kini seiring perkembangan teknologi komunikasi berbasis
cyber, maka media pun mengikutinya dengan menjadikan internet sebagai media
massa. Kini seiring perkembangan teknologi telepon seluler, berita-berita di
internet juga bisa diakses melalui ponsel. Mengapa
jurnalisme online memagang peranan penting dalam perkembangan media massa saat
ini?
Karena:
a. Jurnalisme online membawa nilai egaliter.
Setiap individu bebas merealisasikan sumber dayanya dari
mengerahkan segala potensinya untuk menggapai semua bagian dalam menentukan
jalan yang disenangi. Setiap individu bebas memanfaatkan peluang berkomunikasi
dengan siapa saja untuk mewarisi peradaban dunia dengan bebas dan mengaktualisasikan
dirinya.
b. Jurnalisme online membawa nilai liberal.
Dalam jurnalisme online sangat menjunjung tinggi adanya kebebasan
berpendapat serta berkumpul dan berserikat. Menurut paham liberal, ini
merupakan kebebasan asasi yang dimiliki oleh setiap manusia. Selain itu posisi
antara masyarakat dan negara adalah setara, dalam artian bahwa negara tidak
boleh mencampuri urusan atau kehidupan masyarakat.
C. Kekurangan Jurnalisme Online
1.
Jurnalisme online seseorang yang ingin mengkonsumsinya
hrus berada didepan komputer untuk membaca segala informasi yang ada pada web atau karya – karya
jurnlaisme online lainnya.
2.
Berita – berita yang disampaikan
melalui jurnalisme online tidak seakurat seperti berita yang disampaikan
jurnalisme konvensional
3. Jurnalisme
online merupakan “mainan” masyarakat supra rasional. Masyarakaat yang
tidak tergolong supra rasional
tidak akan betah dengan mengakses jurnalisme
online. Kalau mereka tidak mengakses jurnalisme online maka mereka akan
dilanda oleh kecemasan informasi (information anxiety).
4. Tidak
memiliki kredibilitas. Ini karena logis sebab, orang yang tidak memiliki
ketrampilan yang memadai pun
bisa bercerita lewat jurnalisme online.
Orang yang tidak mengenal selik-beluk jurnalisme bisa
menyampaikan idenya pada orang-orang di berbagai belahan bumi melalui internet.
Yang kedua tingkat kebenaran jurnalisme online masih diraguklan. Berita televisi dan berita
surat kabar yang notabene dihasilkan oleh
orang-orang yang memiliki keterampilan jurnalistik memadai dianggap masih mengandung kesalahan.
D.
Karakteristik Jurnalisme Online
1. Kapasitas luas --halaman web bisa
menampung naskah sangat panjang
- Pemuatan
dan editing naskah bisa kapan saja dan di mana saja.
- Jadwal
terbit bisa kapan saja bisa, setiap saat.
- Cepat,
begitu di-upload langsung bisa diakses semua orang.
- Menjangkau
seluruh dunia yang memiliki akses internet.
- Aktual,
berisi info aktual karena kemudahan dan kecepatan penyajian.
- Update,
pembaruan informasi terus dan dapat dilakukan kapan saja.
- Interaktif,
dua arah, dan ”egaliter” dengan adanya fasilitas kolom komentar, chat
room, polling, dsb.
- Terdokumentasi, informasi tersimpan
di ”bank data” (arsip) dan dapat ditemukan melalui ”link”, ”artikel terkait”,
dan fasilitas ”cari” (search).
10. Terhubung dengan sumber lain (hyperlink) yang
berkaitan dengan informasi tersaji.
E.
Keunggulan Jurnalisme online:
Mampu menyajikan berita dan informasi
dalam waku yang sangat cepat
Aktual, real time. Berita bisa langsung dipublikasikan pada saat kejadian sedang
berlangsung. Karakter ini juga dimiliki media TV dan radio, namun kelebihan
media online adalah mekanisme publikasi real time itu lebih leluasa, tanpa
dibatasi periodisasi dan jadwal terbit atau jadwal siaran (program). Kapan dan
di mana saja, maka wartawan media online mampu mempublikasikan berita.
Leluasa dengan jadwal. Bisa diterbitkan dari mana saja dan kapan saja
Berita tersimpan dan diakses kembali
dengan mudah. Media online bisa
menerbitkan dan mengarsip artikel-artikel untuk dapat dilihat kapan saja.
Multimedia. Media online dapat menyajikan informasi lebih kaya ketimbang
jurnalisme tradisional, yaitu bisa menggabungkan tulisan (script), gambar
(grafis), dan suara (audio), bahkan audio-visual (film, video) dalam satu
kesatuan.
Memberi pilihan pada publik untuk
memberi tanggapan, berinteraksi, atau
bahkan mengcustomize (menyesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan publik
bersangkutan) terhadap berita-berita tertentu (interactivity).
Kaya informasi. Media online bisa menyiarkan informasi dalam jumlah banyak dalam
waktu bersamaan dan sangat pendek. Pengelola media online sangat mungkin
meng-upload atau posting informasi terbaru kapan saja dan sebanyak-banyaknya
tanpa batasan halaman atau durasi.
Seperti tertulis dalam buku Online
Journalism. Principles and Practices of News for The Web (Holcomb Hathaway
Publishers, 2005), ada beberapa Keunggulan yang bisa diperoleh dari jurnalisme
online:
Audience Control. Jurnalisme
online memungkinkan audience untuk bisa lebih leluasa dalam memilih berita yang
ingin didapatkannya
Nonlienarity. Jurnalisme
online memungkinkan setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri
sehingga audience tidak harus membaca secara berurutan untuk memahami Storage and retrieval. Online
jurnalisme memungkinkan berita tersimpan dan diakses kembali dengan mudah oleh
audience
Unlimited Space. Jurnalisme online
memungkinkan jumlah berita yang disampaikan/ ditayangkan kepada audience dapat
menjadi jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya.
Immediacy. Jurnalisme online memungkinkan informasi dapat disampaikan
secara cepat dan langsung kepada audience
Multimedia Capability. Jurnalisme online
memungkinkan bagi tim redaksi untuk menyertakan teks, suara, gambar, video dan
komponen lainnya di dalam berita yang akan diterima oleh audience
Interactivity. Jurnalisme online
memungkinkan adanya peningkatan partisipasi audience dalam setiap berita.
Daftar Pustaka :
Wibowo, Fred. 2007, Teknik
Produksi Program Televisi, PINUS, Yogyakarta. Hal 42
Siregar, Ashadi. Dkk. 1998. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk
Media Massa. Yogyakarta : Kanisius.