Lupa Diri!
Pelacur-pelacur
muda
setiap malam menikmati dansa
dusta bersama pesta bersama
terlihat murah tak begitu jahanam
karena membaur bersama
ku buka tadi kelamin-kelamin tua
aku tertawa karena lelah
sampai tak terasa tubuhku di ujung duka
setiap malam menikmati dansa
dusta bersama pesta bersama
terlihat murah tak begitu jahanam
karena membaur bersama
ku buka tadi kelamin-kelamin tua
aku tertawa karena lelah
sampai tak terasa tubuhku di ujung duka
Otak-otak
tak lagi merasakan derita
tahu tak tahu hanya hasrat nista
kunang-kunang malam begitu terang
tahu tak tahu hanya hasrat nista
kunang-kunang malam begitu terang
Lagi dan Lagi
Malam mendesirkan hawa dingin seolah
mengundang rasa untuk segera menyeduh secangkir kopi diatas meja warung pak
tua, merasa sendiri adalah saat dimana aku merasa terancam akan hal-hal yang
berbau endapan sepi, jari-jari tak lagi bisa bersabar dalam keadaan semakin
tersudutnya rasa untuk bersembunyi, menyentuh dan mengelus layar HP mengerahkan
segala bujuk rayu untuk sekedar menggajak kawanan begundal hina supaya segera
meramaikan suasana senyap, lama berselang selama itu aku masih sendiri duduk
termenung terlebih kaku menunggu balasan dari para kawanan, sekelebat terbayang
setelah melihat bulan berkaca nampak kilau abu-abu, setelah sekian hari tak
kujumpai bulan seterang ini, pikiran dan firasat mengatakan hal berbeda
mengenai kemunculan bulan dimalam ini, masih berbayang tentang cuplikan prakata
film “tak usah takut sendiri, selama kau masih melihat bulan yang sama”. Aku
paham betul mengapa sampai saat ini kejadian itu berulang muncul dalam potongan
nostalgia, hal ini membuat semua jadi salah arti, hal yang membuat seolah semua
berarti menjadi potongan-potongan
belati, sedikit tercederai dengan adanya awang-awang berselimut mimpi saat
semua sudah menjadi caci-maki laksana berkibarnya bendera putih dengan kata
lain aku telah menyerahkan semua supaya menjadi murni kembali. Berharap lagi
berharap sesuatu ganjal untuk segera terlewati, apa yang dicari tak ada lagi
sudah terlalu basi untuk dicerna akal sehat lagi.
Tak Bermaksud
Masih berputar mengitari ruang yang
sama dan masih belum ada niat untuk beranjak ke ruang lain, hari-hari berlalu
tanpa tegur sapa merasa tak pernah kenal sebelumnya, pernah sesekali melintas benak
tentang bagaimana parahnya keadaan saat ini, hasrat hanyalah hasrat semua
tergantung pada letupan-letupan gengsi, kau mulai atau aku yang mulai, masih
terlihat tebal gengsi saat bertemu cenderung kaku saat berpapasan denganmu, aku
tak paham apa yang ada dibenakmu karena untuk saat ini kurasa cukup dulu untuk
membuat sandiwara yang tidak sengaja tercipta sehingga nampak seperti sudah
kita sepakati ada dikehidupan nyata, hari berlanjut hingga titik jenuh kembali
hadir menyapa kita, kaupun Nampak dengan segudang jenuh tergambar jelas di
halaman muka bukumu, kabar tentangmu semakin sering terdengar, muka bukupun
jadi coretan dan saksi jelas keraguanmu, saat berpapasan disudut senggang
halaman muka buku.