- Back to Home »
- catatan kusam , puisi »
- Raut Banggamu
Posted by : Hery Amariansyah
Saturday, 29 March 2014
tak kurasa hal yang berbeda pada diriku.
lama sadar telah kulalaui.
bahagiaku sehingga aku pun terlena.
aku tak tahu bahaya.
sudah terlampau bahagia,
tak menyadari bahaya.
setitik nila yang kuterima.
mengisi sudut batinnya.
awal kecil mengembang menjadi akar me-luas.
engkau pun merasakan panas.
orang-orang sekitarku pun terguncang.
engkau yang bertahtahkan mahkota uban.
menunggu dirumah bekerja keras meremas tulang.
engkau percaya buahmu bisa jadi sarjana.
berguna dan mapan untuk kedepannya.
lagi-lagi berbinar.
berkaca-kaca.
makin hari makin rentan.
kuatkah menanggung beban.
aku tak sanggup menahan.
air mata menggenang.
remas keras tulang.
hati kecut mendengar suara rengkih.
bergetar suaramu.
tak tegas seperti dulu.
ayah, aku bangga padamu.
ayah, akankah aku jadi orang sepertimu.
tak pantaskah ayah jika aku ingin membahagikanmu.
aku tak ingin kau mengernyitkan dahi.
tak ingin melihat kecewa ayah.
aku memang tak bisa melakukan apa yang ayah lakukan untukku.
aku pun tak akan bisa membalas jika ayah meminta imbalan.
semua keringat kukeluarkan pun tak akan bisa membalas telaga kasih sayangmu.
aku bersyukur.
ayah, tak hentinya seperti malaikat.
keajaiban tuhan untuk memberikan sosok ayah.
malaikat itu tak pernah mengeluh dalam menerima perintah dari tuhan.
aku anakmu aku bangga kepadamu.
tak akan lagi kulihat peluh yang keluar dari pelupuk matamu.
aku ingin melihatmu bangga ayah.
aku sarjana muda.
hingga akhir kutemui.
binar pelangi indah dimata.
tanda bukti bakti anakmu.
Surabaya, 28/03/14
lama sadar telah kulalaui.
bahagiaku sehingga aku pun terlena.
aku tak tahu bahaya.
sudah terlampau bahagia,
tak menyadari bahaya.
setitik nila yang kuterima.
mengisi sudut batinnya.
awal kecil mengembang menjadi akar me-luas.
engkau pun merasakan panas.
orang-orang sekitarku pun terguncang.
engkau yang bertahtahkan mahkota uban.
menunggu dirumah bekerja keras meremas tulang.
engkau percaya buahmu bisa jadi sarjana.
berguna dan mapan untuk kedepannya.
lagi-lagi berbinar.
berkaca-kaca.
makin hari makin rentan.
kuatkah menanggung beban.
aku tak sanggup menahan.
air mata menggenang.
remas keras tulang.
hati kecut mendengar suara rengkih.
bergetar suaramu.
tak tegas seperti dulu.
ayah, aku bangga padamu.
ayah, akankah aku jadi orang sepertimu.
tak pantaskah ayah jika aku ingin membahagikanmu.
aku tak ingin kau mengernyitkan dahi.
tak ingin melihat kecewa ayah.
aku memang tak bisa melakukan apa yang ayah lakukan untukku.
aku pun tak akan bisa membalas jika ayah meminta imbalan.
semua keringat kukeluarkan pun tak akan bisa membalas telaga kasih sayangmu.
aku bersyukur.
ayah, tak hentinya seperti malaikat.
keajaiban tuhan untuk memberikan sosok ayah.
malaikat itu tak pernah mengeluh dalam menerima perintah dari tuhan.
aku anakmu aku bangga kepadamu.
tak akan lagi kulihat peluh yang keluar dari pelupuk matamu.
aku ingin melihatmu bangga ayah.
aku sarjana muda.
hingga akhir kutemui.
binar pelangi indah dimata.
tanda bukti bakti anakmu.
Surabaya, 28/03/14