- Back to Home »
- catatan kusam »
- Berkabut lalu menghilang lagi
Posted by : Hery Amariansyah
Monday, 14 March 2016
Aku meratapi pagi ini dengan penuh dendam di masa lampau. Tak pernah sirna pagi ini, ia tak pernah usai menyuguhkan keceriaan. Aku dendam dan ingin membalas kebaikan pagi. Dasar kau pagi! aku membencimu ketika pagimu terselimuti oleh kabut. Aku tak bisa menikmatimu pagi, aku menghirup kabut sebisaku. Akan ku hirup hingga tak ada lagi kabut yang menyelimuti keceriaan yang tertutup oleh kabut ini. Aku benci kau yang selalu berkabut. Aku benci aku yang selalu resah dan tak berdaya sekuat apapun aku saat menghirup kabut. Inginku menyapa sang fajar untuk membantuku menghalau kabut ini tapi apalah aku yang hanya bisa mengiba kepada sang fajar yang sudah sedari kemarin merenung.
Kau tau sendiri bahwa sang fajar pun murung dengan awan yang selalu menghitam. Sinarnya terhalang oleh awan pembenci. Aku sendiri adalah bagian dari apa yang disebut kebencian. Aku senang dengan keceriaan yang disuguhkan pagi, tapi semua terpaut dengan kabut, awan serta fajar. Aku bisa apa selain membenci mereka semua yang tak selalu sesuai dengan keinginanku. Maafkan jika ini memang terlalu egois karena aku terlahir dengan kebencian karena keceriaanku selalu terpaut dengan berbagai macam perihal itu. Aku mengatakan hal ini bukan karena aku kurang bersyukur tapi aku diciptakan untuk demikian.
(Telang, 14-03-2016)