SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN :D

HERY AMARIANSYAH

LUKMAN CHOIRUL W

HERY LAGI :D

HERY LAGI :D

LUKMAN LAGI

LUKMAN LAGI

LUKMAN LAGI

ANIS VIKA MASRUROH (:*) DAN NOVI OKTAVIA

Sunday 27 July 2014
Posted by Hery Amariansyah

Masihkah



Sesuatu itu sudah terlupakan begitu lama.
Hingga saat ini sudah kusam terlapisi diorama.
Mungkin, hanya akan tersadarkan dengan sendirinya.
Melamun di saat semua tergoyah menganut mata arah.
Diselingi dengan denyutan arus aliran nadi.
Memalingkan hati nurani demi kemaslakhatan bersama.
Mengarahkan kiblatnya sesuai dengan perintah majikannya.
Terasa megah, semua terlena karena terlalu sering di cambuk dengan doa.
Harapan-harapan yang telah lalu, berlalu begitu saja.
Tanpa ada cermin tanpa ada pantulan cahaya di belakangnya.
Mustahil, jika kau tak menganut.
Jika menurutmu semua sudah patut.
Masihkah ada secerca harapanmu kemarin hari.
Hingga kau lupa sendiri akan semua nostalgi doa-doa.
Di malam yang panjang kau menangis.
Mengharap sesuatu itu menjadi suatu kenyataan.
Tapi, mengapa kau relakan semua doamu.
Di beli dengan harga diri sosok pemalsu doa-doa.
Pemalsu semua angan, tak akan mengiba kepadamu.
Jika memang benar, semua hanya benar menurut pemalsu doa.
Bukankah kau sudah menukarnya dengan kepercayaanmu.
Semua sungguh hina, hingga dusta pemalsu doa tak kentara di mata.
Ku pastikan semua akan terbangun.
Tersadar di saat doa takkan lagi didendangkan untuk pemberontakan.
Kau akan berontak karena kau tak memiliki doamu sendiri.
Kau akan berontak karena doamu sudah terwakili.
Terwakili dengan kehinaan sebuah doa pemalsu harapan.
Doanya semu, doanya tak nyata, doa hanya untuk memenggal jiwa dan raga.
Sampai pada saatnya jual-beli doa akan berlanjut.
Di akhir masa masih berlaku dan kau sudah mengamini untuk menghambakan doa.
Doa, masih berdoa, bibir pun bukan milikmu lagi.
Doa, masih berdoa, mau kah kau sekedar menjual doa.
Doa, masihkah kau akan mau untuk terus berdoa.
Sampai berhujung pada padang arafah.
Jombang, 06 Juli 2014
Sunday 6 July 2014
Posted by Hery Amariansyah
Tag :

Partisi Pikiran



Kadang terasa canggung untuk berucap.
Sampai kau pun merasakan hal yang sama.
Tersendat, melantunkan sebuah lagat.
Ku beranikan untuk menggugat.
Dalam sebuah kenyataan masih saja tersendat.
Banyak rasa, upaya, daya, suasana.
Kau terlibat dalam fase diam sesaat.
Aku tak sanggup, saat kau tak berucap.
Aku hanya diam tertambat.
Sudah tak akan bisa lagi hujat-menghujat.
Karena semua sudah terpatri, begitu kau dapat.
Megertilah sebuah makna dari pikiran.
Semua bisa kau bagi sesuai porsi kebutuhan.
Perasaan, kecaman, hujatan, gurauan, hingga luka terbersit dalam.
Tapi, masihkah kau usahakan untuk menjaganya.
Utuh hingga kau perjuangkan sampai di ujung.
Kita akan terbelah dan kembali disatukan.
Dengan keadaan sebagai sesuatu yang baru.
Tak melupakan arti dari keadilan sebuah bagian.
Dari itu lah kita akan tersenyum satu tujuan.
Jombang, 03 Juli 2014
Thursday 3 July 2014
Posted by Hery Amariansyah
Tag :

Haruskah Atau Seharusnya



Aku mulai pening, memikirkan apa hal yang saat ini sedang ia kerjakan. Berawal dari aktifitas menuju pemilu 2014 ini sampai awal bulan ramadhan. Seandainya semua kesalahan ini tidak berulang mungkin sudah kelar masalah dan keluar sebagai solusi nyata. Mengeluarkan solusi saja susah apalagi mencari masalah untuk membuat sebuah solusi yang benar-benar berbeda. Apa semua sudah dilupakan sehingga tak pernah tampak proses seleksi diri untuk menemukan sebuah solusi. Yang banyak terjadi hanya praktik-praktik kolusi yang semakin hari semakin tampak dipermukaan. Sudah terlalu lelah. Tapi, masih saja ngotot untuk tetap bercengkrama. Sampai-sampai rambut digelar di atas bantal kumel  kesukaannya. Tertidur lelap merupakan kebiasaan barunya saat ini. Mungkin, dia hanya bosan dengan apa yang ia kerjakan saat ini. Atau sekedar lupa akan profesinya saat ini.
Ah, itu hanya alibi atau memang landasan dari segala upaya untuk menutupi kesalahan dan masalah yang diperbuatnya saat ini. Cenderung menangkis semua pertanyaan yang ku buat. Memang suatu pertanyaan tak lebih berbobot dibandingkan dengan mengangkat sebuah troli besi yang masih di tanam dalam-dalam pada tiang pancung. Kotoran ini menjadi semakin runyam dan semakin kusam tidak terarah. Tapi, masih nampak rapi pada tampilan luarnya. Kulit yang di baluri dengan serpihan janji-janji. Daging yang mengitari tulang yang sudah tertata rapi. Seolah semua terbungkus di dalam suatu selubung semu kenyataan yang telah di manipulasi.
Posted by Hery Amariansyah

Apresiasi positif dari seorang mbambe





Wednesday 2 July 2014
Posted by Hery Amariansyah

Hai Ibu Peri



Menatap bulan di malam, taburi dengan serbuk ibu peri.
Ini untuk melayang, melambung jauh hingga ke seberang.
Bergidik di atas awang-awang, merasa takut dengan ketinggian.
Tapi, tak lagi setegang saat masih di bawah awan.
Ini sudah sangat tinggi, hingga pelupuk mata tak tertembus melihat dasar bumi.
Hasrat sudah terlalu tinggi, ingini adanya awan di atas awang.
Kudapati lembut meranggas tangkai jemari.
Bulan tersenyum masih mengitari matari.
Matari pun tetap sunggingkan wajah anarki.
Segera cepat dekap erat.
Jangan kau terbitkan siang.
Aku masih ingin malam enggan berganti.
Hingga ku lelap, ibu peri masih sibuk menebar serbuk sembari menari-nari.
Jombang, 02 Juli 2014
Posted by Hery Amariansyah
Tag :

Bunga Merahku



Teruntuk bunga merah, senyummu benar-benar pesona.
Pertanda apa di malamku ini kau tampak sungguh indah.
Bukan datang memberi pesona.
Dia datang layaknya terik matari di pagi hari.
Walau terang, cahayanya begitu teduh.
Hanya hati yang bisa menangkap semua ini.
Bukan bias dari sebuah arti.
Dia bunga yang kunanti.
Ku ingin esok dia tersenyum, lagi, lagi dan lagi.
Jombang, 02 Juli 2014

Posted by Hery Amariansyah
Tag :

Berlangganan Sinyal FX?

JustForex

Followers

Popular Post

- Copyright &SHIE; artorlife -Diberdayakan- Powered by Blogger - Designed by SHIE -