Saturday, 23 November 2013
Posted by Hery Amariansyah
Butanya Penjejak (Mati Langkah)
Meniti hari segores tanda yang masih belum terarah kemana langkah akan dituju kemana langit akan membawa awan melintas panorama, semenjak itu aku pun masih menginginkan sesuatu dapat merubah apa persepsi dan standar untuk sekedar mencari sesuatu yang.
Ternak dan Penggembala (Kerut Hati)
perang telah surut angin mulai berlalu-lalang, terlihat segerombolan ternak kambing
ketahui kambing siapa yang berkeliaran di padang pasir
hanya mencari serumpun rumput di medan yang telah berlubang-lubang
tak layak sungguh mengerikan nuansa yang terlihat
hanya.
Saturday, 16 November 2013
Posted by Hery Amariansyah
beda dan membeda (suarau)

tertawa hanyalah masalah yang tak begitu kentara sehingga kau pasti mengira jika ada yang tertawa maka itu adalah wujud ekspresi bahagia tidak, dia tertawa bukan karena dia sedang bahagia dia hanya akan tertawa saat dia benar" sudah merasa capek akan.
datarnya kodok (lanalar)
keinginan yang tak kunjung padam saat sang harap terus berkobar, menanti sebuah lembar kisah di halaman selanjutnya menunggu sambil mengisi dan mengoreksi halaman dam kata perbait yang belum usai di tulis menghantarkanku pada suatu kejadian yang mungkin.
ah cuma ingus dewasa (patak tak patak)

"tak perlu tertahan atau menangis"
lirik dari sebuah lagu terdengar miris jika di maknai terlalu dalam seketika itu juga terenyuh hati ke dalam nostalgia suram di lampau hari, sontakku tak kaget lagi akan semua hal yang pernah terjadi yang aku.
meraungnya diafragma (haus nafsu)
begadang catatan mahasiswa yang terlanjur menjalini aktivitas di waktu larut malam kesannya seperti lebih menyiksa di banding dengan para kupu" yang sehabis kuliah langsung pulang, kulanjut belajar sampe esok pagi menjelang dan tak sadarkan diri di depan.
kuliah ? kerja? nganggur? (problema)

Awalnya biasa saja tapi lama-kelamaan akan terasa ngebosenin juga, bagaimana tidak ngebosenin kalo tiap hari hanya di bayang-bayangi dengan hal yang mungkin belum bisa anda mengerti,.
pujangga move on (parahnya)
Di penuhi kekalutan saat sang pujangga mendapati sang putri menangis tak kala meredanya hujan yang kemarin datang kembali datang, seiring dengan bergetarnya hati sang pujangga untuk kedua kalinya, bergetar bukan dikarenakan cinta yang hinggap, melainkan.