Posted by : Hery Amariansyah Monday, 11 November 2013

keinginan yang tak kunjung padam saat sang harap terus berkobar, menanti sebuah lembar kisah di halaman selanjutnya menunggu sambil mengisi dan mengoreksi halaman dam kata perbait yang belum usai di tulis menghantarkanku pada suatu kejadian yang mungkin tak akan pernah kuduga, menorehkan secerca harap sehingga bisa memimpikan sang putri dengan gaun pesta yang sekarang telah asik menari dengan orang lain, mengapa kau terlalu berharap untuk selalu bersamanya, dik kau tau kau ini siapa? dan dia siapa? dalam arti sebenarnya dia sangat glamor dan elegan apakah sangat pantas kau mengidolakan mengidam-idamkan sosok yang itu, bagaimana bisa sang putri jatuh cinta kepada sang kodok yang hanya bisa bernyanyi dalam gelap sepi, dan suara merdunya hanya di dengar oleh iringan suara jangkrik yang nyaring, terabaikan  oleh ramainya pesta kau lihat hanya gelap yang tertutupi oleh ketenangan dan kesunyian yang bisu, yang kau dengar bukan suara dari sang kodok yang kau dengar hanya jerit yang tak kunjung ada hentinya, sang putri kau terlalu sibuk untuk sekedar mengucap kata " selamat pagi sang kodok" untuk niat pun tak ada, apalagi bersenda guaru denganku yang hanya hina pada malam-malamku yang mengagumimu sayang kau tak punya rasa mengisyaratkan untuk sekedar mendengar ocehan-ocehan kodok hina.
hai kodok kau juga tak bisa mendambanya kau ini siapa? dia siapa? kau juga tak paham betul rupanya dengan kastamu, kau tak lebih dari si buruk rupa, kau tak lebih menarik dari seonggok daging yang di sajikan dalam pesta, nuansa tak akan mendukung untuk itu kenapa kau tak pernah ingin untuk melupakan sekedar sadar diri bahwa kau itu siapa? memangnya aku ini siapa? bisa saja aku ini hanya seekor keledai yang sekarang  menjadi kodok di taman di liputi kolam susu, aku berenang di dalamnya maka akan tercemar menjadi air yang tak berharga lagi, sekedar ingin mengungkapkan dengan kata yang mungkin akan dimengerti olehnya, melakukan tindakan bodoh adalah salah satu agenda di malam keruh lebih gemuruh dari malam sebelumnya, sangat pantas mengidamkan sang putri yang memiliki apa yang tak pernah sekali pun aku menyentuhnya, hanya berharap sekedar bersanding tertawa riang bersama senyum legitnya. itu pun hanya harap dan akan menanti jawab di lembar berikutnya yang masih ada sedikit gores ringan yang malah akan menertawaiku. hai putri aku bernyanyi di saat kau bersandar memandang keluar jendela memandang indahnya malam yang sangat absrak ini. semoga di lembar selanjutnya kau isi juga dengan tingkah konyolmu yang mendampingi kodok hina.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Berlangganan Sinyal FX?

JustForex

Followers

Popular Post

- Copyright &SHIE; artorlife -Diberdayakan- Powered by Blogger - Designed by SHIE -