Cerita Perjalanan : PJTD LPM GALERI STIT SUNAN GIRI TRENGGALEK

Foto bersama se-usai acara PJTD bersama LPM Galeri
Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD) yang diselenggarakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) GALERI STIT SUNAN GIRI Trenggalek dengan tema “Eksplorasi Industri Masyarakat Melalui Jurnalistik”. Dilaksanakan pada hari Jum’at-Minggu,  tanggal 09-11 Mei 2014. LPM FANATIK beserta seluruh LPM yang ada di Universitas Trunojoyo Madura (UTM) mendelegasikan masing-masing anggotanya untuk mengikuti acara tersebut.
Dalam acara PJTD yang merupakan agenda pelatihan tingkat dasar untuk pengetahuan mengenai dunia jurnalistik. Anggota delegasi LPM dari UTM datang membawa 27 orang di sambut baik oleh tuan rumah,(9/5) tempat PJTD berada di Dusun Dawuhan Pule Desa Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Hari pertama peserta PJTD di mulai dengan materi mengenai wacana Pers dan pengamatan. 

Hari kedua, (10/5) Peserta PJTD di lanjutkan dengan materi mengenai teknik penggalian data dan reportase, materi kali ini menjelaskan tentang bagaimana cara dan teknik dalam menggali data dan mencari data. Setelah materi penggalian data dan reportase selesai peserta mengikuti materi selanjutnya mengenai teknik penulisan berita. Dalam materi teknik penulisan berita peserta di jelaskan mengenai macam-macam jenis penulisan berita diantaranya ada penulisan berita langsung, sedang, dan mendalam.

Monday, 26 May 2014
Posted by Hery Amariansyah

Beda, Mencintai Antar Manusia Dengan Mencintai Tuhanmu

Berselancar di dunia maya adalah hal yang membuatku tak bosan-bosannya untuk mencari sebanyak apapun informasi. Sampai hari ini aku tak tahu semua orang termasuk aku seperti telah menuhankan dunia maya. Banyak waktu terbuang banyak hal di dunia nyata yang di tinggalkan. Hingga pada akhir ku temui titik lemah manusia dalam masalah olah rasa. Hal ini yang membuatku dari siang tadi berfikir keras sehingga aku mendiskusikan suatu permasalahan mengenai CINTA dan NAFSU karena teman diskusiku kali ini adalah nyos dan kebetulan ku temui dalam statusnya di FB mengatakan “Jika wajah yg membuatmu jatuh cinta , lantas bagaimana caramu mencintai Tuhan yg tak berupa (?)”.
Pada saat itu juga aku marah dalam batinku aku banyak bertanya-tanya “apakah yang di fikirkan anak ini, kenapa dia seolah menuntut manusia menyamakan CINTAnya kepada Tuhan dengan CINTAnya kepada manusia?”

“Cinta kepada manusia, BEDA dengan cinta kepada Tuhan. Lantas mengapa kau menuntut hal yang sama. Fikirkan lagi dik. :D” komentarku menyangkal.
Beberapa saat selanjutnya dia membalas “Apa yang memBEDAkan kakak (?) karena pada dasarnya itu menuntut hal yang sama yaitu menuntut SETIA dan tak menDUA. :D” jawabnya masih kukuh.

Karena yang aku rasakan dan aku tahu CINTA itu juga memiliki NAFSU maka aku benturkan saja dengan pendapat “NAFSU mu terhadap manusia dan kepada Tuhanmu.
“Tapi sayangnya CINTA itu bukanlah tentang NAFSU” Namun dia masih belum paham rupanya antara NAFSU dan CINTA itu sangatlah dekat.

CINTA itu apa nyos ? NAFSU itu apa nyos ? Kamu ingin makan. Itu apa nyos? Kamu ingin memiliki. itu apa nyos? Atau bentuk nyata dari cinta yang kamu omongkan itu apa nyos?” inginku nalar lebih jauh.
Sunday, 25 May 2014
Posted by Hery Amariansyah

Dari Cucian Hingga HAPE Kebasahan

            Masih siang, teringat dengan baju-baju yang belum di cuci. Baju-baju yang sudah lama tidak ku pakai. Sibuk adalah salah satu alasanku untuk tidak mulai mencuci bajuku dari hari-hari kemarin. Padahal ya bukan karena sibuk aja, ya memang ada suatu tekanan juga yang terdapat dalam diri sendiri sehingga apa pun yang ku kerjakan terasa berat.
            Terasa berat setiap kali bangun pagi, hingga akhirnya ku olor-olor waktu supaya nyawa-nyawa yang semalam melancong entah kemana berkumpul dulu. Memusatkan fikiran untuk focus kepada apa yang mau ku kerjakan di siang hari seperti ini. Di hari yang semakin panas saja. Ku sandarkan diri sejenak melihat ruangan yang tidak jauh beda dengan yang namanya taman kanak-kanak. Dinding penuh dengan coretan-coretan entah itu  spidol, cat, atau bahan lain yang bisa untuk mewarnai.
            Terlihat candela sudah di penuhi oleh sinar matari yang mulai tinggi. ku persiapkan pakaian kotor yang sedari jauh hari tergeletak begitu saja. Ku masukkan tas semua hingga terlihat sesak. Aku paksakan saja dari pada tidak tercuci nantinya.
“Eh Paidi, mau kemana kamu?” terdengar suara Butet yang beringsut dari tidurnya.

           
“Ini aku mau pulang ke kos dulu, mau nyuci baju. Udah lama aku nggak cuci baju-baju ini” sahutku kepada Butet, pada saat itu ada Gareng juga yang sedari pagi sudah bangun  dan menghadap layar laptopnya.
Posted by Hery Amariansyah

Let's Go With Communication

Audiensi Prodi Ilmu Komunikasi





Kuliah Tamu New Media : Mediamorfosis



Mahasiswa Lawak Klub : Bully atau Di Bully



Malam Penghargaan Kompetisi Lomba Video Profil


Saturday, 24 May 2014
Posted by Hery Amariansyah

Kampus Malam

Hari ini, sabtu memang hari yang mengerikan. Terutama di kawasan kampusku yang indah di siang harinya, kampus yang masih terlihat asri oleh banyaknya pepohonan rindang dan karpet rumputnya. Ya bukan sebuah alasan juga untuk tetap ramah kepada alam. ya memang salah satu alasannya kampus ku jauh dari peradaban. Jangankan hiburan semacam warung kopi. Kampus sendiri yang biasa kujadikan tempatku berlindung dan bertidur ria Nampak seram saat kegelapan malam hinggap mencekam.

“Hahahaha….. Haaaahhhhaaaahhhaaa….. Karena kampus kita adalah kampus kegelapan, dari mahasiswa sampai dosen dan jajaran pejabat kampusnya” aku berdakwah di hadapan gareng.

“Haaahahahaha….. memang semua seolah sudah di sengaja biar sabtu-sabtu gini gak ada yang lewat sini. Ya supaya nggak terjadi hal-hal yang di inginkan” sambar Gareng.

“kampus semegah dan segelap ini, siapa yang mau jalan kalau situasi dan kondisi jalan sendiri masih rapat dengan kegelapan” tambahku melengkapi.

“tapi di jalan menuju asrama itu kan ada lampu penerangan jalan Di, kalau nggak salah sih itu juga seperti lampu disko” tandas Gareng.


Di jalan menuju asrama memang terpasang berbaris lampu jalan yang bertenaga surya, tapi kalau pas malam lampunya ngadat-ngadat sendiri, nggak tau juga sih apa karena kualitas dari lampunya atau karena mendung pada saat siang hari atau bahkan hujan di siang bolong. Tapi kalau nggak mendung dan nggak hujan lampu pun sama seperti demikian.
Lucunya lagi di tiap persimpangan baik pertigaan, perempatan, atau perlimaan atau bahkan lebih karena jalur di kampus juga cukup banyak tapi ya sempit. Sampai-sampai kalau mobil Rektor lewat harus dikawal satpam untuk memperlancar jalan suapaya cepet nyampai di rumah.

“oh iya Di, kenapa pada saat aku jalan-jalan di sekitaran kampus nggak pernah lihat setan ya? Tapi tetep saja serem walau nggak pernah lihat setan sih” pertanyaan keluar dari mulut si Gareng.

“padahal di pinggiran jalan sono tuh banyak banget loh setannya reng” jawabku pada gareng yang menggaruk kepalanya.

“masak Di, aku kok nggak tahu ya setahuku sih Cuma ada pasangan cewek-cowok yang lagi malam mingguan atau sekedar berkumpul dan berdendang bersama” sanggah Gareng dengan wajah polosnya.

“ya kamu memang belum paham betul dengan setan reng, setan itu sekarang wujudnya nggak seperti setan pada umumnya” jelasku dengan menunjuk kesalah satu sudut gelap Nampak baying-bayang hitam.

“wih jadi lebih serem ya Di kalo seperti itu, aku mulai paham kalo sekarang setan wujudnya nggak berupa setan juga, ternyata setan juga bisa jadi cantik ya” Gareng masih menggaruk kepalanya karena heran.

Jika suatu saat nanti kampus ini benar-benar menjadi kampus yang sudah terang benderang mungkin setan juga akan beralih profesi, mungkin jadi sebuah nilai tambah bagi setan untuk berfikir ulang menjelma menjadi sosok berparas cantik. Mungkin juga setan akan menjadi sosok yang sebenarnya. Atau masih tetap dengan ciri khasnya, seperti saat ini setan pun terpengaruh oleh era globalisasi.
Jadi Gareng sebagai sosok setan harusnya sudah tahu saat setan menjelaskan tentang setan dan membicarakan tentang kesetanannya kemarin hari.

*ini kisah diambil gara-gara Gareng tertawa sendiri memikirkan keadaan kampunya yang gelap gulita.
*masalah setan itu hanya kiasan belaka.
*dan mengenai Rektor yang di kawal oleh satpam itu beneran.
*terilhami dari tekanan batin di hari sabtu.

Posted by Hery Amariansyah

Gelagat Seorang Mbambe Dihadapan Peranakan Hawa


Sebelum kutulis semua apa yang ingin ku lontarkan untuk memberi sedikit ketenangan. Ya maksudnya bukan untuk ketenanganmu. Ini semata-mata hanya untuk memberi ketenangan pada diriku sendiri yang saat ini masih sangat sulit untuk belajar mengagumimu, mengindahkanmu, sekedar mempertahankan posisiku sebagai pengagum yang mulai menggelepar karena sudah hampir tidak berdaya lagi menghadapimu. Menghadapi sosok yang menurutku memang sengaja di cipta oleh tuhan untuk meng-iming-imingiku supaya aku lebih giat lagi dalam menggapai semua keinginanku. Aku disini tak hanya ingin menggambarkan betapa keegoisan telah merasuk kedalam relung-relung jiwa seakan telah menjadi dogma atas segalanya walaupun tetap aku percaya maha segala adalah tuhanku. Tapi mengertilah aku disini masih ingin menulis dan menulis lagi untuk sejarah untuk romansa kehidupanku. Kelak supaya tahu anak cucuku aku pernah melakukan apa saja selama hidupku.
Posted by Hery Amariansyah

Resensi Buku : Gadis Pantai




Mengerikan bapak, mengerikan kehidupan priyayi ini, seganas-ganas laut, dia lebih pemurah dari hati priyayi. Ah tidak, aku tak suka pada priyayi. Gedung-gedungnya yang beridinding batu itu neraka. Neraka. Neraka tanpa perasaan”
-          Pramoedya Ananta toer
Gadis Pantai sebuah roman yang tidak selesai. Roman ini merupakan trilogy yang tidak akan pernah selesai. Karena buku lanjutan Gadis Pantai raib ditelan keganasan kuasa. Ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer, terakhir terbit pada September 2011 oleh penenerbit Lentera Dipantara, Jakarta Timur. Roman ini menceritakan kisah seorang gadis belia yang masih dibawah umur. Ia berasal dari keluarga nelayan dan kampung yang biasa ia sebut sebagai “kampung nelayan” sepenggal pantai keresidenan Jepara Rembang. Gadis Pantai merupakan bunga kam­­­pung yang cantik, lugu, dan cerdas. Paras cantik itulah yang menarik hati seorang pembesar atau priyayi pada masa itu, seorang “Bendoro” yang hendak menjadikannya sebagai istri percobaan atau biasa disebut “Mas Nganten” nya. Pada tahun pertama pernikahannya dengan Bendoro, ia sudah mulai terbiasa dengan segala aktifitasnya dirumah megah itu, dengan bantuan “bujang tua” seorang pembantu yang senantiasa menjaga dan membantunya sudah dianggapnya seperti sahabat. Sampai suatu ketika bujang tua harus rela meninggalkan Gadis Pantai sendiri karena ia diusir oleh Bendoro atas perilakunya yang berani menggugat “Agus-agus” sebutan dari anak laki-laki keturunan Bendoro yang juga tinggal dirumah Bendoro meskipun memang salah satu diantara Agus itu terbukti bersalah telah mengambil uang Gadis Pantai.
Friday, 23 May 2014
Posted by Hery Amariansyah

Cuap-Cuap Para Petinggi Begundal

Sekitar dua minggu yang lalu, muka masih kummel dengan bercak garis-garis bekas tidur di atas tikar lusuh bekas. Mata masih merah padam, kelopak mata tak lagi mampu menyembunyikan amarahnya. Terbangun dengan jam weaker yang bordering.
                “krriiiiinnnngggg….. kkkiiirrrrrriingggg …  kkreeekkk” suara diakhiri dengan bantingan jam ke dinding.
Menoleh kedalam lemari terlihat tumpukan buku yang tadinya rapi, seperti tergoncang karena pagi ini ia melihat buku yang tadinya tertata rapi malah di pagi ini porak-poranda seperti habis di hantam badai. Di ulasnya lagi kejadian yang kemungkinan bisa menjelaskan kejadian di pagi hari ini.
****
Posted by Hery Amariansyah

Si Gareng Vs Komplotan Cengkareng


Seolah hari ini banyak yang beda, terasa tidak seimbang antara apa yangada di benakku dan apa kenyataan  yang ada di hari ini. Semua kembali terasa miring, antara perasaan yang masih kalut dengan tampilan yang kian hari kian merengut, entah firasat apa yang di sampaikan alam kepadaku. Seharian penuh kulalui dengan bosan. Seharian penuh kulalui juga dengan penuh keriangan. Aku tak tahu setan apa yang menyambarku saat tadi magrib aku dihidangkan dengan nuansa firasat yang seolah berkata segeralah sadar dengan apa yang akan terjadi.
Hape berdering, “Minta tolong, di depan kampus katanya ada anak * dari kita lagi bermasalah!” sms datang dari jendral karbit.
“siapa cong, aku kok gak tau, kenapa dia?” aku bingung.
“ya coba di cek dulu, tolong!” sahut jendral karbit.
“siap jendral, laksanakan” pungkasku.
Langsung pada waktu itu aku yang lagi sibuk-sibuknya mencari wifi gratisan di kantin bersama kawan-kawan. Untuk mengerjakan tugas kuliah yang belum selesai sama sekali. Kutancapkan kontak sepedah motor berboncengan dengan Bagong, Petruk pun melesat menuju depan kampus dengan cepat.
***
Wednesday, 21 May 2014
Posted by Hery Amariansyah

Nostalgia Gila

                Dulu sekali waktu aku masih sekolah di salah satu SMA favorit di daerahku, aku rasa hanya ada perasaan beruntung bisa masuk di sekolah favorit ini. Tiap hari-hariku kulalui dengan santai dan tenang layaknya pelajar SMA pada jamannya, yang masih berfikiran bahwasanya di SMA adalah masa dimana siswa seperti aku ini harus pandai dalam segala hal, mulai dari pelajaran, bersosial, hingga mengatasi masalah perkelaminan. Yang dari dulu aku gak pernah bisa paham kenapa ada teori semacam itu dalam masa menuju sebuah pendewasaan diri, dan pikiran semacam itu seringkali mengganggu kinerja otak dan batin, kadang sampai menciptakan kemalasan untuk belajar hingga berlarut-larut.
                Ya, mungkin saat itulah aku mulai terlena dengan kondisi sosial yang menuntut diriku supaya tidak sadar. Baru berasa jika efeknya begitu besar, aku terlampau bebas saat remaja. Hingga tak mampu mengontrol diri, semua yang kulakukan cenderung negative, semua yang terlintas di benakku adalah kesenangan. Gak peduli apa ada yang nangis saat aku senang apa ada yang memelas saat aku bahagia. Saat itu bangku masih terlihat kosong tak ada sebatang tubuh pun yang Nampak dalam kelas. Angin di pagi ini menyenggol-nyenggol seolah mulai menggoda untuk mengajakku ngopi di warung Depan SMA, dengan tas terisi penuh dengan kumpulan buku-buku tebal menambah berat langkah untuk menuruti ajakan angin, tapi dengan toleransi diri dan juga suasana sepagi ini kulangkahkan kaki dengan berat menuju warungnya mbok Tua, angin terus mendorong langkah agak ringan terasa tubuh tersenggol-senggol oleh ajakan angin.
Tuesday, 20 May 2014
Posted by Hery Amariansyah

Resensi Buku : Perempuan Keumala "Sebuah Epos untuk Nanggroe"

Siapa yang tak kenal dengan Kartini? Atau Cut Nyak Dien atau Dewi sartika. Semua kenal dengan sosok pahlawan  perempuan yang memperjuangkan emansipasi wanita baik lewat karya ataupun perjuangan nyata tersebut. Tapi kenalkah anda dengan sosok pahlawan perempuan dari daratan Nanggroe yang memimpin pasukan janda sebagai pasukan tempur melawan belanda yang di kepalai oleh Cornelis De Houtman yang akhirnya terbunuh oleh sosok laksamana laut pertama di dunia yaitu perempuan yang bernama Keumala Hayati.
Dalam Novel karya Endang Moerdopo kelahiran Jawa seorang Jogja tulen yang berjudul Perempuan Keumala “Sebuah epos untuk nanggroe” yang di susun selama dua tahun. Penulis ini juga sempat menjabat Kepala Pengembangan dan Evaluasi Pusat Pembelajaran Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR).
Awal mula diceritakan sosok remaja keumalahayati yang belajar di pendidikan militer di kutaraja. Bersama kawanannya kuemalahayati melewati suka dan duka di masa mudanya. Hingga bertemu dengan jodohnya yaitu Tuanku Mahmudin kakak tingkat di kelas pendidikan militer. Mahmudin saat itu sebagai panglima laot selat malaka yang juga sudah menjadi suami Keumala.
Dengan pasukannya Mahmudin berperang bersama melawan Portugis di Laut Haru, Selat Malaka tak digambarkan detail. Tapi disitulah kisah hidup Keumala direkatkan pada jalan perang. Tuanku Mahmuddin shyahid meninggal saat membela Sultan. Keumalapun menjadi seorang janda. Seketika itu Sultan membebaskan Keumala dari duka, dia dinobatkan untuk mengganti suaminya sebagai Panglima Laot Selat Malaka karena menurut sultan tidak ada orang yang bisa di percaya lagi olehnya dalam kerajaan. Rasa iri muncul dari petinggi istana lainnya. Lalu kisah diceritakan sebagai konflik dalam kerajaan untuk merebut simpati sultan.
Posted by Hery Amariansyah

Hari-Haru Berlalu

Hari-haru telah berlalu, semerbak wangi kebahagiaan sudah mulai tercium oleh irama dan nada batin yang kemarin hari bergejolak. Antara takut melawan naluri atau takut melawan nurani. Untuk saat ini aku mohon maaf atas pilihan yang telah menyudutkan naluri, yang kemarin hari naluri telah begitu jauh melangkah ke peradaban yang begitu mulia, hingga sampai akhirnya kutinggalkan semua, berharap ini memang pilihan yang terbaik untuk naluri ataupun nurani. Tak banyak omongan yang ingin kusampaikan pada kali ini, mungkin hanya sebait kata pedas yang akan melukai hati naluri yang dulunya masih ku pertahankan untuk mencari sebuah ketepatan hingga akhir kutemukan, tidak ada yang bisa tepat jika naluri di sandingkan dengan hati yang kian hari kian merajuk untuk segera pergi.
 Aku lelah, rasa itu pun semakin dalam saat tau naluri masih berusaha mencari posisi di cela hati yang paling dalam. Aku hanya takut semua tak akan jadi total. Saat aku bersatu dengan naluri saat aku mengesampingkan nurani, aku tak mau lagi kejadian di lampau hari menyakiti sosok naluri lebih dalam lagi. Semua butuh kepastian semua butuh kejelasan. Semua menuntut dan mengutuk apa yang ku perbuat selama ini adalah salah, hanya persepsiku yang kian kukuh tapi lama kelamaan kurasakan kikuk. Aku bosan bertahan dengan kepalsuan, yang itu juga kurasakan sakit yang terlalu dalam, sampai batin saja sempat mati hanya gara-gara kepalsuan. Dulu pun pernah ku tegaskan aku tak bisa. Tapi masih naluri meronta-ronta ingin dipaksa mengakui. Aku sempatkan hariku-haruku berlalu dengan naluri namun yang ada hanya kesemuan yang selama ini kubicarakan.
Aku tak pernah berbohong, aku juga tak pernah mengelak, yang terjadi hanyalah ketidak sengajaan karena mengikuti naluri. Hingga lama sekali nurani kutinggalkan, memang terasa degub-degub jantung yang kian hari kian keras berdentum. Namun bukan itu yang diharapkan. Degub jantung yang berarti nafsu hanya akan bertahan sementara. Aku tak mau semua juga terbuang percuma. Aku rela di benci hanya untuk kembali kepada esensi dan makna yang terjalin selama ini. Bukan kepalsuan, bukan kebinalan, bukan juga kebengisanku. Maaf jika ini memang terlalu sakit untuk kau dengarkan tapi  percayalah semua tak bisa di paksakan, hanya nurani yang bisa memilih kapan, dimana, siapa, apa, mengapa. Semua pertanyaanmu akan ku jawab dengan senyum. Aku mulai dengan hidup normal saat semua sudah mulai sadar akan arti sebuah ketidaknyamanan.


Bangkalan, 19 Mei 2014
Monday, 19 May 2014
Posted by Hery Amariansyah

FANATIK WEEK 2014 : "SAVE OUR CULTURE"





FANATIK WEEK 2014 : "SAVE OUR CULTURE"
Minggu-Senin, 01-02 Juni 2014
Gedung Cakra Universita Trunojoyo Madura

-LOMBA FOTOGRAFI
-LOMBA JURNALISTIK
-PAMERAN FOTOGRAFI DAN SASTRA
Dimeriahkan oleh :
- Pementasan Teater komunitas Desah
- Pentas musik akustik
- Basar Kewirausahaan
Universitas Trunojoyo Madura

twitter : @LPM FANATIK
FB : Warta Fanatik
Web : http://fanatik-zone.blogspot.com/
Email : ukmffanatik@gmail.com
CP :
Laras Co.Fotografi (081913503366)
Fatin Co.Jurnalistik (087849300073)
Yusron Co. Pameran (087750142722)
Stan LPM FANATIK pertigaan GSC Universitas Trunojoyo Madura

Saturday, 17 May 2014
Posted by Hery Amariansyah
Tag :

Tulus Mampus Membias



Lelah berwarna, Lelah itu ibarat kata sesal
Begitu sesal, saat semua menjadi bebal
Tak kunjung usai ironi-ironi melantun
Melantunkan kata, bermakna kias namun itu pasti
Suatu kepastian yang benar-benar semu
Kusam kurasakan derap benderang hati
Dirasa semua sudah pasti
Tapi ternyata semua hanya bias tanpa arti
Kulumat dalam histori, hirarki, hingga naluri
Semua tenggelam dengan bias arti
Berkilat-kilat cahaya mengurangi beban diri
Kembali tak sadarkan diri
Kembali koreksi diri
Kembali pula semua bersama bias arti
Ku bias, kau bias, semua bias
Tak adakah yang tak bias
Kembali semua memakan rakus
Semu tulus, sekarang dia pun mampus
Madura, 16 Mei 2014
Thursday, 15 May 2014
Posted by Hery Amariansyah
Tag :

Berlangganan Sinyal FX?

JustForex

Followers

Popular Post

- Copyright &SHIE; artorlife -Diberdayakan- Powered by Blogger - Designed by SHIE -