Posted by : Hery Amariansyah Wednesday, 4 June 2014

Aneh memang, atau hanya perasaan saya saja. Saat ingin menulis ini saya memang terlanjur ingin menulisnya, dengan segala hormat saya atas nama pribadi berduka atas  kegalauan dunia pendididikan.

Saya sebagai mahasiswa hanya bisa menulis apa yang ada dalam unek-unek yang saya pendam. Dosen yang seharusnya mengajarkan hal-hal yang baik dan perlu untuk ditransfer ilmunya kepada mahasiswa, malahan akhir-akhir ini menyepelehkan tugasnya sebagai sosok dosen yang patut ditiru dan dipatuhi.

Sewaktu mahasiswa banyak dituntut oleh penugasan-penugasan baik tulis maupun praktek, Dosen hanya memberi tugas-tugas dan tugas. Tanpa ada pertemuan kelas, tanpa ada materi yang disampaikan oleh dosen yang menjadi landasan untuk mengerjakan tugas. Tanpa ada rasa tanggung jawab terhadap kewajiban memberikan ilmu sebagai dosen.

Apakah adil hanya mengisi absensi tanpa adanya kelas dan hanya penugasan; Apakah adil absensi hanya ditukar dengan tugas; Apakah adil ilmu ditukar dengan absensi yang dobel-dobel dalam satu pertemuan gara-gara minggu-minggu kemarin tidak ada pertemuan; Apa jadinya otak mahasiswa yang dalam satu kali pertemuan bisa menghabiskan materi berlipat-lipat untuk menambal absensi; Betapa sakitnya jika semua itu berlangsung dengan lancar. Miris memang terdengar, mahasiswa bukanlah sang Singa yang ditugaskan untuk sebuah hiburan semata lalu diberi daging segar sebagai makanan atau sekedar air minum untuk melegakan tenggorokannya yang haus.

 Lama kelamaan kebiasaan seperti ini menjadi biasa di kalangan mahasiswa maupun Dosen. Lama kelamaan pembodohan membudidaya di  kalangan akademisi hanya gara-gara perilaku yang tidak bijak.  Kita flashback lagi, bukan hanya karena alasan yang tidak bijak saya menulis hal-hal ini. Meskipun tidak berguna, tapi setidaknya saya menulis ini karena memang ini adalah kebutuhan saya sebagai mahasiswa yang takut akan jaman. Semakin larut alasan-alasan tak rasional diungkapkan oleh dosen hanya untuk tidak adanya pembelajaran di kelas di antaranya adalah alasan yang tak bisa ditinggalkan; ada acara keluarga, ada acara undangan sebagai juri dalam sebuah lomba, ada hal yang lebih penting dari pada mengajar mahasiswa dan banyak lagi yang mengatasnamakan masih mengurusi anak yang masih kecil.

 Dan hal-hal semacam ini seolah di-amini oleh mahasiswa dengan lesu dan tertunduk. Mahasiswa bukan siswa SMA lagi yang hanya dibatasi dan hanya itu-itu saja. Kalau kata mbak juminem “Mbok Ya Jangan Gitu-Gitu.” Masalah pendidikan itu adalah masalah yang sangat kompleks. Meskipun ada juga mahasiswa yang bermalas-malasan untuk kuliah tapi setidaknya ada juga yang berniat benar untuk mencari ilmu di jenjang setelah sekolah menengah ini. Sekarang, fungsi dosen dipertanyakan apa hanya sekedar mengabsen dikelas ataukah hanya sekedar memberi materi berdobel-dobel karena materi banyak tertunda.

 Memang dosen adalah manusia yang rata-rata dituakan dalam hal pendidikan di jenjang sarjana ini. Tapi sekali lagi “Mbok Ya Jangan Gitu-Gitu”. Masih ada hal lain yang lebih penting dari pendidikan semua tahu akan hal itu, tapi masalah pendidikan pun jangan dianggap remeh. Apalagi pendidikan adalah dasar pengetahuan untuk menggali suatu potensi diri untuk diaplikasikan dalam bersosial nantinya. Dosen di sini bukanlah semua dosen, dosen disini juga hanya sebagian, untuk keakuratan berapa jumlahnya maka pembaca harus kuliah dulu baru paham berapa jumlah dosen yang memiliki kriteria sebagai dosen yang “Gitu-Gitu”.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Berlangganan Sinyal FX?

JustForex

Followers

Popular Post

- Copyright &SHIE; artorlife -Diberdayakan- Powered by Blogger - Designed by SHIE -