- Back to Home »
- catatan kusam »
- Melalaikan Tugas
Posted by : Hery Amariansyah
Tuesday, 17 June 2014
Hari-hari
lalu masih banyak sekali kurasakan ganjal. Aku berdebat dengan diriku sendiri
mengenai mengapa akhir-akhir ini banyak sekali kelalaian yang aku lakukan.
Bukan semata-mata karena aku malas untuk mengerjakan segala sesuatunya, tapi
memang benar adanya hanya karena suatu hal yang sudah dianggap remeh aku pun
menyepelehkan mengenai tugas-tugas yang dating dari para dosen yang hanya
numpang nama untuk mendapatkan gaji utuh. Berkeliaran kesana kemari tanpa
mementingkan nasib mahasiswanya yang di bebani penugasan olehnya. Sedangkan
tugas itu sendiri untuk menutupi absen yang kurang dikarenakan dia tidak pernah
masuk kedalam kelas dan memberikan materi yang di butuhkan untuk ujian
nantinya. Alhasil dari semua tugas yang diberikan aku pun merasa berat untuk
mengerjakannya. Dilain itu aku merasa kurang ikhlas dalam mengerjakan
tugas-tugas. Walau hari ini tugas-tugas itu semua kelar kukerjakan. Ada lagi,
setelah kelar penyakit tadi datang lagi. Aku merasa malas untuk menemui dosen
yang bersangkutan. Karena lagi-lagi mereka sulit sekali di temui.
Kulupakan
sejenak tentang tugas. Mulai aku membaca dan membenahi pengetahuanku sendiri.
Tidaklah bisa terus-terusan mengandalkan dosen yang kerjaannya hanya gitu-gitu
melulu. Bukan sok, tapi ini adalah realitas yang saat ini bukan aku saja yang
mengalami. Teman-temanku pun banyak yang mengeluh tapi ya tetap saja rasa “nriman
ing pandum” itu datang lagi. Bukan karena nrimannya orang-orang yang disamakan
dengan kerbau yang bisa diatur-atur
semaunya dengan penggembala. Tapi lihatlah mereka itu masih muda dan
memungkinkan sekali dalam hal mengajar yang hanya gitu-gitu saja. Apa karena
ada yang lebih penting dari mengajar. Ya, setidaknya mereka sadarkan diri bahwa
mereka adalah sosok pengajar yang harusnya mengajar bukan malah jalan-jalan dan
mengerjakan proyekan dimana-mana.
Mungkin
gajinya kurang sehingga mereka melakukan banyak kelakuan sampingan selain
sebagai dosen. Atau memang mereka malas untuk mengajar para anak kerbau. Aku
masih belum terima jika suatu saat nanti aka nada lagi pengulangan kisah
seperti ini. Bukan karena hal ini biasa. Tapi karena kebiasaan ini harus
dibinasakan. Mahasiswa yang jadi kerbau. Dan dosen sebagai penggembala.
Harusnya tau fungsi dari masing-masing peran bukan hanya melulu menjadi kerbau dan
penggembala. Setidaknya mereka tau lah mengenai kelalaiannya. Hingga banyak
kerbau yang melenguh tak bermakna. Berkoar-koar tapi hasil nihil.
Jika
memang sesuatu itu adalah tuntutan. Maka harusnya mereka semua semisal kerbau
juga harusnya bersatu padu menggalang lenguhan panjang yang setidaknya akan
memusingkan telinga pengembala. Bukan karena atas dasar kemanusiaan semua ini
murni atas dasar penderitaan sebagai hewan peliharaan. Yang hanya di perah, di
kawal, di sembelih, dan diambil dagingnya.
Bangkalan, 18
Juni 2014